Butuh 10 tahun bagi dunia sepak bola untuk melihat satu tim meraih treble winner lagi sejak Manchester United 1998/99. Tim tersebut adalah Barcelona. Perbedaan paling mendasar antara Barca musim tersebut dengan Juventus 2016/17 adalah pada status.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Bila Juve sejak awal mendapat label unggulan di semua kompetisi yang mereka ikuti, Barca 2008/09 tidak gara-gara Pep Guardiola.
Pada musim panas 2008, Barca menunjuk Guardiola, yang belum pernah melatih tim senior, menggantikan Frank Rijkaard, sosok yang mempersembahkan gelar LC 2005/06.
Berbeda dengan Massimiliano Allegri yang melakoni musim ketiganya di Juve dengan dibekali pemain baru top seperti Gonzalo Higuain, Dani Alves, dan Miralem Pjanic, Guardiola malah melepas Deco dan Ronaldinho.
Semakin rendah saja ekspektasi publik pada Guardiola. Sedikit persamaan, Allegri dan Guardiola 2008/09 sukses melepaskan diri dari bayang-bayang pendahulunya.
Setelah dua musim disebut beruntung mewarisi skuat hebat Antonio Conte, Allegri kini bisa bangga sebab Juve 2016/17 tidak diperkuat sejumlah awak yang pendahulunya beli misalnya Andrea Pirlo, Carlos Tevez, dan Paul Pogba.
Allegri juga telah meninggalkan pola favorit Conte, 3-5-2, dan menggunakan idenya sendiri lewat formasi 4-2-3-1.
Di sisi lain, Guardiola bikin Barca memeragakan permainan dengan penguasaan bola tinggi lewat operan kaki ke kaki, memastikan lawan sulit mendapatkan bola sehingga tidak bisa membangun serangan.
Baca Juga:
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar