Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Komparasi Juventus dengan Barcelona 2008-09, Salam Kenal dari Guardiola

By Rabu, 3 Mei 2017 | 22:43 WIB
Bek sayap Juventus, Dani Alves (tengah), dikelilingi rekan setimnya seusai menjebol gawang Atalanta di partai Serie A di Stadion Atleti Azzurri d'Italia, Bergamo, 28 April 2017.
EMILIO ANDREOLI/GETTY IMAGES
Bek sayap Juventus, Dani Alves (tengah), dikelilingi rekan setimnya seusai menjebol gawang Atalanta di partai Serie A di Stadion Atleti Azzurri d'Italia, Bergamo, 28 April 2017.

Butuh 10 tahun bagi dunia sepak bola untuk melihat satu tim meraih treble winner lagi sejak Manchester United 1998/99. Tim tersebut adalah Barcelona. Perbedaan paling mendasar antara Barca musim tersebut dengan Juventus 2016/17 adalah pada status. 

Penulis: Theresia Simanjuntak

Bila Juve sejak awal mendapat label unggulan di semua kompetisi yang mereka ikuti, Barca 2008/09 tidak gara-gara Pep Guardiola.

Pada musim panas 2008, Barca menunjuk Guardiola, yang belum pernah melatih tim senior, menggantikan Frank Rijkaard, sosok yang mempersembahkan gelar LC 2005/06.

Berbeda dengan Massimiliano Allegri yang melakoni musim ketiganya di Juve dengan dibekali pemain baru top seperti Gonzalo Higuain, Dani Alves, dan Miralem Pjanic, Guardiola malah melepas Deco dan Ronaldinho.

Semakin rendah saja ekspektasi publik pada Guardiola. Sedikit persamaan, Allegri dan Guardiola 2008/09 sukses melepaskan diri dari bayang-bayang pendahulunya.

Setelah dua musim disebut beruntung mewarisi skuat hebat Antonio Conte, Allegri kini bisa bangga sebab Juve 2016/17 tidak diperkuat sejumlah awak yang pendahulunya beli misalnya Andrea Pirlo, Carlos Tevez, dan Paul Pogba.

Allegri juga telah meninggalkan pola favorit Conte, 3-5-2, dan menggunakan idenya sendiri lewat formasi 4-2-3-1.

Di sisi lain, Guardiola bikin Barca memeragakan permainan dengan penguasaan bola tinggi lewat operan kaki ke kaki, memastikan lawan sulit mendapatkan bola sehingga tidak bisa membangun serangan.

Baca Juga:

Taktik tersebut bernama tiki-taka. Filosofi itu dengan cepat sukses diterapkan pada skuat yang mayoritas warisan Rijkaard plus para rekrutannya macam Gerard Pique dan Dani Alves. Gaya ini sesungguhnya sudah muncul di era Rijkaard.

Namun, Guardiola seolah-olah menjadi penemunya karena ia bisa mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain muda macam Lionel Messi sehingga tiki-taka khasnya terlihat lebih eksplosif dan mengalir.

Tiki-taka sukses mengejutkan dunia dan cukup sulit buat lawan menemukan penangkalnya.

Buktinya adalah gelar yang Barca raih di bawah kepemimpinan Guardiola. Pada 2008/09, tiki-taka bikin Barca dominan di level domestik.

Mereka menjuarai La Liga ketika kompetisi masih menyisakan tiga pekan lagi, serta menekuk Athletic Bilbao 4-1 pada final Copa del Rey (13/5/09).

Terakhir, United, juara bertahan LC, tak berkutik dan kalah 0-2 pada final musim tersebut.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X