Kekalahan AS Roma dalam derby della capitale (30/4/2017) seolah membuktikan kapasitas mereka sebenarnya.
Penulis: Beri Bagja
Jangan-jangan I Lupi memang belum juga dirancang sebagai tim kandidat juara. Pelatih Roma, Luciano Spalletti, mengungkapkan takluknya I Lupi 1-3 dari Lazio menyebabkan pukulan psikologis.
Edin Dzeko cs membuang kesempatan mendekati Juventus di puncak klasemen. Andai memenangi derbi, Roma tinggal terpaut enam poin dari Juve setelah Bianconeri tertahan 2-2 di markas Atalanta (28/4/2017).
Yang terjadi adalah selisih di antara mereka melebar menjadi sembilan poin. Sangat mencolok saat liga tinggal menyisakan empat pekan.
“Setelah mendapatkan hasil seperti ini, Anda harus menerima segala kritik. Kami kehilangan ketajaman, membuat keputusan buruk, tak beruntung dalam sejumlah insiden,” kata Spalletti pada Mediaset Premium.
Sayang bagi kubu Roma, sederet kelemahan yang dipaparkan pelatih seperti tradisi yang selalu muncul ketika musim beranjak ke periode krusial di beberapa edisi terakhir. Perjalanan I Giallorossi ibarat minuman yang sama dalam botol berbeda.
Roma menjalani musim baru, tetapi status mereka masih lama. Roma sebatas penghambat langkah tim juara menuju singgasana, bukan pesaing sebenarnya.
Status itu muncul melihat pencapaian Sang Serigala di akhir musim. Setidaknya dalam 10 musim terakhir atau dipersempit pasca-era calciopoli, Roma hanya empat kali gagal finis di tiga besar.
Mereka menduduki posisi runner-up pada 2007-2008, 2009-2010, 2013-2014, dan 2014-2015, serta peringkat ketiga di
2015-2016.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar