Valentino Rossi mengakui bahwa salah satu kelebihan Yamaha di musim ini dan musim lalu adalah satu hal yang bertolak belakang. Musim lalu dia kerap ada di posisi podium, lalu menjelang finis mudah disusul lawan. Musim ini kebalikannya.
Penulis: Arief Kurniawan
Dalam komentar yang ia berikan pasca-GP Americas, veteran yang masih sangat elegan membalap di usia 38 tahun ini menyatakan tahun lalu ia kerap kesulitan.
“Tahun ini saya malah bisa dengan mudah menyusul lawan, seperti terhadap Cal Crutchlow di Argentina dan Dani Pedrosa di Austin ini,” katanya.
Tahun lalu, lebih tepatnya separuh musim kedua, Rossi belajar banyak dari GP-GP Inggris, San Marino, Aragon, Malaysia, dan Valencia. Di semua GP itu, Rossi sudah ada di posisi depan sebelum kemudian tergelincir.
Baca Juga:
- Nilmaizar Sebutkan Kunci Kemenangan Mereka Atas Persipura
- Krisis Pemain, Mourinho Ingin Tampil Lawan Swansea
- Eks Anak Asuh Djadjang Nurdjaman Siap Hadang Winger Persib
Di Inggris, Rossi lama berada di posisi dua di belakang Maverick Vinales, waktu itu masih bersama Suzuki, sang pemenang. Ia lalu disusul oleh Andrea Iannone (Ducati), Cal Crutchlow (Honda), dan Marc Marquez (Honda).
Hanya kesalahan Marquez menjelang finis yang membuat Rossi tetap ada di podium.
Di San Marino bahkan lebih parah. Sejak lap 2, Rossi selalu ada di depan dan sangat potensial menang. Namun, di lap 22 Dani Pedrosa menyusulnya hingga menang di akhir lap 28.
Bila di San Marino Rossi masih mampu finis di posisi dua, di Aragon mundur satu titik lagi. Padahal prosesnya sama, The Doctor sempat memimpin balapan sebelum waktu itu disusul oleh Marquez dan Jorge Lorenzo.
Sunday Rider
Dari tiga GP yang sudah digelar musim ini, Rossi memperlihatkan gejala sebaliknya. Satu hal yang berubah adalah posisi startnya, 2016 dan 2017 menunjukkan gejala sama, yakni Rossi kesulitan di hari Sabtu.
Di Qatar, Rossi start dari posisi 10, lalu di Argentina 7. Di Americas lebih baik, 3, menandakan Rossi sudah mulai mengenali sirkuit yang belum pernah ia menangi ini.
Rossi kemudian masing-masing mampu finis di posisi 3, 2, dan 2 di tiga seri itu. Julukan yang lama melekat padanya, Sunday Rider, pun kembali sah dinobatkan kepadanya. Di Austin, tempat GP Americas digelar, Rossi menyusul Pedrosa tiga lap menjelang finis.
“Bertarung ketat dengan lawan dan lalu menyusulnya pada 2-3 lap menjelang finis sungguh mengasyikkan,” ujar Rossi.
Pengalaman jelaslah berpengaruh besar pada diri Rossi. Bahkan sampai ada yang beranggapan, dia tak perlu free practice Jumat dan kualifi kasi Sabtu. Langsung saja balapan di hari Minggu, toh hasilnya sama saja.
Rossi kini memimpin klasemen pebalap MotoGP. Dia memang belum memenangi satu kali pun GP, tapi konsistensi model ini sangat dibutuhkan.
Itulah yang diperlihatkan Marquez tahun lalu dan Rossi sangat mungkin mengikuti jejaknya.
“Saya tak menyangka bisa memimpin klasemen secepat ini. Tapi, baiklah, saya akan menikmatinya,” kata Rossi.
Vinales dan Marquez, di lain sisi, pasti sadar Rossi seperti apa musim ini dibanding tahun lalu. Mereka tak mau lagi berbuat kesalahan sekecil apa pun, terutama bila memasuki hari paling krusial, Minggu.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.763 |
Komentar