BANTUL, JUARA.net – Pertandingan PSIM Yogyakarta melawan Persebaya Surabaya pada lanjutan Liga 2 sesuai jadwal terlaksana di Stadion Sultan Agung, Bantul, Kamis (18/5/2017). Namun menuju laga itu ada penolakan dari warga sekitar stadion dan itu terkait Bonek, suporter Persebaya.
Warga tidak menghendaki suporter Persebaya, Bonek, datang ke Bantul untuk mendukung tim di pertandingan tersebut.
Penolakan terhadap Bonek disampaikan melalui sebuah petisi. Petisi yang ditandatangani warga Dusun Brajan dan Wonokromo di Kecamatan Pleret.
Petisi itu ditujukan kepada ketua panitia pelakasana (panpel) pertandingan PSIM, pengelola Stadion Sultan Agung dan Polres Bantul.
“Berdasarkan musyawarah antarwarga terutama yang tinggal di sekitar stadion, kami merasa keberatan dan menolak bila ada pertandingan Persebaya yang digelar di Bantul,” ujar Wayani, Ketua RT 3 Dusun Brajan, Desa Wonokromo, Pleret.
“Kami secepatnya berkoordinasi dengan manajemen dan panpel.”
Sekretaris tim PSIM, Jarot Sri Kastawa
Penolakan terhadap pendukung Persebaya bukannya tanpa alasan. Warga sekitar stadion masih trauma dengan ulah suporter Persebaya yang membuat keributan.
Bahkan, mereka sempat bertindak kriminal dengan merampas ponsel milik warga.
Insiden itu sesungguhnya terjadi pada Juni 2012 pada kompetisi Liga Prima Indonesia. Saat itu, Persija IPL menggunakan Stadion Sultan Agung untuk menjamu Persebaya.
Oknum Bonek yang datang ke stadion kemudian menjarah makanan di warung-warung milik warga. Mereka juga mengganggu sebuah hajatan yang tengah digelar warga setempat.
“Saya sempat mengejar salah satu Bonek yang kedapatan mengambil ponsel warga. Dia langsung lari ke arah kerumunan teman-temannya ke stadion. Celana yang dijemur juga hilang, ikan di kolam juga dikuras,” ucap Wayani.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | - |
Komentar