Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tottenham dan Chelsea, Pelakon Baru Kuasa Langka London

By Rabu, 26 April 2017 | 20:02 WIB
Gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli, melakukan selebrasi bersama rekan setimnya seusai mencetak gol ke gawang Chelsea dalam laga semifinal Piala FA di Stadion Wembley, London, (22/4/2017).
MIKE HEWITT/GETTY IMAGES
Gelandang Tottenham Hotspur, Dele Alli, melakukan selebrasi bersama rekan setimnya seusai mencetak gol ke gawang Chelsea dalam laga semifinal Piala FA di Stadion Wembley, London, (22/4/2017).

Ibu kota Inggris adalah London. Akan tetapi, bicara kiprah sepak bola selama era Premier League, klub-klub London bukan yang terdepan di Inggris.

Penulis: Dwi Widijatmiko

Padahal, London merupakan kota yang memiliki klub partisipan Premier League terbanyak sepanjang sejarah. Dari 47 klub yang pernah berlaga di EPL sejak 1992-1993, London punya sembilan wakil.

Sembilan klub yang berasal dari London itu adalah Charlton Athletic, Queens Park Rangers, Chelsea, Fulham, Tottenham Hotspur, Arsenal, Wimbledon, West Ham United, dan Crystal Palace.

Premier League sudah bergulir sebanyak 25 edisi termasuk musim ini. Hanya tujuh kali atau tidak sampai sepertiganya trofi juara pernah mampir ke London.

Kota utama EPL justru Manchester, yang mengoleksi 15 gelar juara. Klub asal London juga tidak semuanya bisa bersaing di jalur juara. Hanya Chelsea dan Arsenal yang mampu berbicara.

Karenanya, kejadian dua klub asal London beriringan di peringkat satu-dua klasemen memperebutkan gelar juara EPL adalah hal yang langka.

Cuma pernah dua kali terjadi dua klub London finis di posisi satu dan dua klasemen akhir EPL. Pelakonnya siapa lagi kalau bukan Chelsea dan Arsenal.

Pada musim 2003-2004, Arsenal mengakhiri liga sebagai juara dengan catatan tak terkalahkan dalam 38 pertandingan. Chelsea, yang kaya mendadak berkat suntikan fulus pemilik baru Roman Abramovich, finis di posisi kedua.

Pada musim berikutnya, posisi berganti. Chelsea kian kuat dengan dimanajeri Jose Mourinho sehingga bisa menjadi juara.

Dengan sisa-sisa kekuatan The Invincibles musim sebelumnya, Arsenal masih mampu menyelesaikan kompetisi dengan berada di posisi kedua.

Baca Juga:

Berselang 12 tahun dari peristiwa terakhir, kejadian langka dua klub London menguasai klasemen Premier League muncul lagi.

Tapi, kali ini ada pelakon baru. Tottenham menggantikan Arsenal menguntit Chelsea, yang memuncaki klasemen.

Posisi satu-dua antara Chelsea-Tottenham sudah tidak berubah sejak akhir Februari. Tottenham di posisi kedua sudah unggul lima poin atas Liverpool di tempat ketiga dengan masih menyimpan satu pertandingan lebih banyak.

Jadi, tidak salah jika banyak yang meyakini bahwa persaingan memperebutkan gelar juara EPL musim ini tinggal dilakukan oleh Chelsea dan Tottenham.

Sama-sama Tak Diperkirakan

Cerita Chelsea dan Tottenham dalam menguasai klasemen hampir sama. Awalnya mereka tidak diperhitungkan berada di posisi yang ditempati sekarang.

Start Chelsea jelek. Dua klub Manchester tadinya lebih dijagokan. United dengan keberadaan Mourinho dan Paul Pogba-Zlatan Ibrahimovic, sedangkan City dimodali Pep Guardiola dan sejumlah rekrutan mahal.

Tapi, Chelsea kemudian bangkit setelah menemukan formasi 3-4-3. Mereka mulai memuncaki klasemen pada pekan ke-11 dan belum pernah turun lagi.


Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino (kanan), berpelukan dengan pelatih Chelsea, Antonio Conte, seusai duel semifinal Piala FA di Wembley, London, 22 April 2017.(LAURENCE GRIFFITHS/GETTY IMAGES)

Berdasarkan tradisi, Tottenham jelas kurang diperhitungkan bakal mapan di posisi kedua. Peran sebagai pesaing utama Chelsea sempat dijalani bergantian antara Liverpool, Manchester City, dan jagoan langganan London, Arsenal.

The Gunners terakhir berada di posisi kedua pada pekan ke-22. Setelah itu mereka kehilangan konsistensi dan kini melorot ke posisi keenam.

Justru Tottenham yang menemukan kestabilan meraih hasil bagus. Sejak pertengahan Desember, Spurs hanya kalah sekali dan imbang dua kali dalam 17 pertandingan EPL.

Mereka meraih 44 poin dari kemungkinan maksimal 51. Sejak pekan ke-26, Spurs bahkan selalu menang dalam tujuh partai.

Sempat tertinggal 10 poin dari puncak klasemen, tim asuhan Mauricio Pochettino hanya defisit empat poin dari The Blues pada pekan ke-33.

"Saya janjikan kami tidak akan kehilangan fokus lagi seperti musim lalu. Pada 2015-2016, kami menghabiskan banyak energi memikirkan Leicester, media, dan kemungkinan menjadi juara," ujar Pochettino kepada Express.

"Sekarang kami bisa menang atau kalah, tapi menghabiskan waktu hanya untuk siap dan memberikan yang terbaik di setiap pertandingan. Rasanya kami bisa memenangi semua pertandingan sisa. Soal klasemen, lihat saja nanti," katanya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.762


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X