Pelatih Tottenham Hotspur, Mauricio Pochettino, adalah penggemar permainan agresif menekan. Spurs pun bermain sesuai karakter sang pelatih.
Penulis: Riemantono Harsojo
"Bermain dari belakang, bukan melepas bola ke kotak penalti dari lini pertahanan, banyak menekan, mendominasi lapangan seperti yang kami rencanakan dalam latihan sepekan," ujar Pochettino di UEFA.com pada Oktober 2016.
"Hal itu adalah emosi yang ingin kami rasakan, dan saya ingin berbagi filosofi tersebut dengan para pemain saya," katanya.
Kata Pochettino banyak menekan. Praktiknya, Tottenham memainkan garis pertahanan tinggi. Begitu kehilangan bola, Harry Kane cs langsung menekan lawan di wilayahnya.
Kata sang pelatih lagi, itu adalah wujud dari tim yang berani. Pochettino mencetak Spurs menjadi tim berani.
Data Whoscored.com menunjukkan bahwa sampai pekan ke-33 Premier League 2016-2017, sebanyak 30 persen dari aksi permainan Tottenham terjadi di sepertiga wilayah lawan.
Spurs nomor lima dalam daftar tim tersering melakukan aksi di sepertiga daerah lawan. Sementara sebanyak 43 persen aksi pasukan Pochettino terjadi di sepertiga kedua lapangan.
Tim London ini melakukan aksi di sepertiga wilayah sendiri sebanyak 26 persen. Bukti Spurs Pochettino memiliki kecenderungan bermain bukan di wilayah sendiri, melainkan di sepertiga kedua dan sepertiga terakhir lapangan.
Dengan gaya seperti itu, Tottenham pun tajam. Mengemas 68 gol, pada pekan ke-33 Spurs berstatus sebagai tim paling banyak mencetak gol setelah Liverpool (69 gol).
Bermain berani dengan perhitungan. Bukan asal menekan lawan di wilayahnya tanpa strategi penangkal ketika rencana-rencana gagal terlaksana.
Dengan formasi 4-2-3-1 yang sering dimainkan Spurs, Pochettino selalu menempatkan salah satu dari dua gelandang sentralnya berposisi lebih ke dalam. Tujuannya adalah untuk melindungi pertahanan.
Itulah siasat Pochettino untuk mengantisipasi bahaya yang datang ketika lawan berhasil berkelit dari permainan menekan Kane cs di wilayahnya.
Eric Dier berperan sebagai gelandang pelindung pertahanan tersebut. Sementara itu, Moussa Dembele menjalankan fungsi sebagai gelandang box-to-box.
Strategi tersebut berperan membuat pertahanan Tottenham kukuh. Spurs sampai pekan ke-33 berstatus sebagai tim dengan pertahanan terbaik di Premier League musim ini dengan hanya kemasukan 22 gol dari 32 pertandingan.
Eriksen Tersering
Sampai sebelum memainkan partai ke-33 di Premier League musim ini melawan Crystal Palace pada Rabu (26/4/2017), Christian Eriksen menjadi pemain yang paling sering dimainkan Pochettino di liga.
Baca Juga:
- Diego Costa, 42 Hari Tak Mencetak Gol dan Menjadi Kasar
- El Shaarawy Ungkap Penyebab Kemarahan Edin Dzeko
- Conte Minta Kiper Chelsea Dilatih Hadapi Tendangan Kaki Kiri Gabbiadini
Dele Alli juga bermain 31 kali seperti Eriksen, tapi jumlah menit penampilan sang gelandang asal Denmark itu lebih banyak, yakni 2.717 berbanding 2.521.
Eriksen memiliki karakter yang disukai Pochettino, yakni pandai menutup dan membaca permainan lawan, pintar memanfaatkan ruang kosong, serta bagus dalam mempertahankan penguasaan bola.
Satu hal lagi, mantan pemain Ajax Amsterdam ini senang melakukan aksi memotong ke dalam.
Karakter yang disebut terakhir itu pas dengan ciri pemain yang diinginkan Pochettino untuk mengisi pos tiga gelandang serang di belakang penyerang tunggal dalam formasi 4-2-3-1.
Sang pelatih tak ingin tiga gelandang serangnya terpaku di satu posisi. Eriksen sering merangsek ke dalam dan juga bisa bermain sebagai gelandang sentral.
"Bukan Harry Kane atau Dele Alli. Pemain kunci Tottenham adalah Christian Eriksen," tulis ESPN.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar