Penikmat sepak bola nasional boleh optimistis dengan masa depan timnas Merah Putih dengan merebaknya pemain baru nan potensial di berbagai posisi. Tapi, tidak dengan penghuni bek kanan.
Penulis: Andrew Sihombing
Pada Piala AFF 2016, Beni Wahyudi merupakan satu-satunya bek kanan murni yang dibawa oleh pelatih Alfred Riedl.
Masalahnya, bek milik Arema ini sudah berusia 31 tahun dan belum ada yang benar-benar bisa mengimbangi kualitasnya.
Padahal, jika melirik sejarah selama beberapa dekade terakhir, pos bek kanan itu selalu dihiasi dengan persaingan tinggi. Beberapa nama hebat kerap saling bersaing merebut tempat utama.
"Pada SEA Games 1997 misalnya, selain saya juga ada Gusnaedi Adang, Agung Setyabudi, dan Anang Maruf. Setelah itu juga ada Isnan Ali serta Ismed Sofyan," kata Supriyono Prima, bek sayap jebolan timnas Primavera.
Supriyono, yang belakangan kerap menjadi presenter tayangan sepak bola di televisi, juga menyadari minimnya regenerasi pemain di pos bek kanan.
"Pemain sekarang sebenarnya punya skill bagus, tapi karakter dan mentalitasnya masih kurang. Begitu juga dengan pemahaman taktikal, baik individu maupun tim. Memang sekarang saya belum melihat ada pemain yang betul-betul tepat menggantikan Beni," ujarnya.
Mesti Seimbang
Posisi bek sayap, terutama di era sepak bola modern, memang seperti punya beban berlebih. Tak hanya diharapkan piawai bertahan, tapi juga mesti pintar membantu serangan. Keseimbangan inilah yang kadang tak dimiliki.
"Selain itu, preferensi pelatih soal gaya bermain tim atau pilihan soal muka lama atau anyar juga turut berpengaruh," kata Pramuaji, content creative perusahaan penyedia data statistik Labbola.
Menurut lelaki yang akrab disapa Ajay ini, ada bek kanan yang sekadar unggul dalam elemen ofensif, seperti umpan silang, kemampuan mengeksekusi bola mati, atau transisi dari pertahanan ke menyerang.
Sebaliknya, ada juga bek kanan yang cuma bagus dalam elemen defensif, semacam tekel atau kemampuan membaca operan silang lawan.
"Bek Persipura, Yustinus Pae, adalah contoh bek kanan yang memperlihatkan statistik bagus di elemen ofensif, sementara Novan Setya Sasongko (Semen Padang) piawai di elemen bertahan. Beni juga sebenarnya lebih bagus di sisi defensif ini," ucapnya.
Baca Juga:
- Pebalap Jepang Ini Akan Gantikan Alex Rins pada GP Spanyol
- Cerita Ahmad Junaidi, Bonus Uang Receh Arema Hingga Perang Batin di Persebaya
- Febri Hariyadi Punya 'Pesaing' Baru
Ajay juga menyebut bahwa Hasyim Kipuw serta Ismed Sofyan memperlihatkan statistik penampilan prima selama dua tahun belakangan.
Masalahnya, Pae dan Ismed sudah tergolong pemain veteran, lalu Kipuw serta Novan berusia 28 dan 27 tahun dan bahkan tidak dilirik oleh Riedl untuk Piala AFF 2016.
Lantas, siapakah pemain yang punya potensi menggantikan Beni di masa depan?
"Harapan saya ada pada Putu Gede Juni Antara. Gayanya memang stylish, tapi tidak masalah karena toh dulu Anang Maruf juga demikian. Yang lebih penting untuk diperbaiki oleh Putu adalah kemampuannya melepas umpan silang," tutur Supriyono.
Pendapat senada datang dari Ajay. "Putu layak dikedepankan, terlebih karena ia punya pengalaman internasional karena telah memperkuat timnas di level U-19 hingga U-23. Hanya, masalah Putu adalah di konsistensi."
"Performa timnya yang kurang stabil pada akhirnya turut berpengaruh pada Putu. Untuk muka baru yang belum berpengalaman di timnas, nama Nazar Nurzaidin (Barito) juga bisa diharapkan," kata Ajay.
Baik Putu maupun Nazar saat ini dipanggil ke pemusatan latihan Indonesia U-22 asuhan Luis Milla. Dalam sepasang laga uji coba kontra Myanmar dan Persija, Putu yang didaulat sebagai bek kanan utama.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar