Mantan striker Arema, Ahmad Junaidi, mengenang momen membela tim berjuluk Singo Edan itu dalam kompetisi 2001. Menurutnya, meski saat itu Arema dilanda kesulitan pendanaan, hatinya tenang dibandingkan saat membela Persebaya Surabaya.
“Saat masih bermain di Arema, yang ada dalam diri ini hanya rasa bangga. Bisa dikatakan hasil yang diterima secara materi kecil, tetapi tidak bisa dibandingkan dengan kepuasan batin dan kebanggaan,” ujar pria yang saat ini menangani tim Liga Nusantara, PSIL Lumajang ini kepada JUARA saat ditemui di Lapangan Luar Stadion Gajayana, Kota Malang pada (24/4/2017).
Junaidi menuturkan kala itu pemain-pemain Arema terbiasa dengan bonus berupa kumpulan uang receh dari hasil penjualan tiket masuk ke stadion.
"Kalau hujan bisa dibayangkan uang yang kami terima juga basah. Kalau ditotal mungkin 300 ribu, maka pecahannya ada uang seribuan, lima ribuan atau sepuluh ribuan, ya memang setumpuk,” ujar Junaidi sambil tertawa.
Diakui Junaidi, masa-masa sulit saat itu justru membuat tim Arema semakin solid. Rasa kebersamaan terlihat saat di lapangan, bagaimana semua kompononen tim yang saat itu diarsiteki oleh Daniel Roekito memiliki visi dan misi bermain sama.
Baca Juga: Kylian Mbappe dan Efek Pilpres Panas Prancis terhadap Tanah Air
Hubungan pemain dan suporter saat itu juga sangat dekat. Junaidi menuturkan saat Arema ber-home base di Stadion Gajayana dan berhasil memenangkan pertandingan, tak jarang Junaidi harus memenuhi permintaan Aremania untuk jalan kaki dari stadion ke mess pemain di Jalan Panderman, Kota Malang.
“Kami sangat dekat dengan suporter, saat menang suporter ingin saya dan pemain-pemain lainnya untuk merayakan kemenangan dengan jalan kaki menuju mess pemain, itu kenangan yang tidak bisa dilupakan,” ujarnya.
Junaidi mengungkapkan bahwa saat itu keputusan pindah ke Persebaya bukan semata murni karena keinginannya, tetapi lebih pada dorongan pengurus Arema yang memang dalam masa sulit.
Baca Juga: Ogah Jadi Starter karena Mengaku Flu, Balotelli Dicurigai Media Prancis
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | - |
Komentar