Pelatih anyar Persipura, Liestiadi, punya tugas besar membawa Mutiara Hitam ke jalur juara Liga 1. Sebuah beban berat bagi arsitek 48 tahun itu lantaran suara tak sedap meluncur langsung dari tribune suporter ketika Boaz dkk bermain seri 1-1 kontra Persegres di partai perdana (18/4/2017).
Penulis: Yan Daulaka/Sahlul Fahmi
Namun, Liestiadi tak perlu khawatir dengan hasil tersebut meski kursinya terus digoyang. Persipura punya tren apik usai mendapat hasil imbang di laga perdana kompetisi.
Menilik catatan dua gelar juara terakhir, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 dan Liga Super Indonesia (LSI) 2013, Mutiara Hitam mengawali liga dengan hasil seri.
Pada 2013, Ferinando Pahabol cs berbagi angka kontra Persib 1-1 di partai pembuka liga. Sementara saat menjuarai TSC 2016, Persipura memulai turnamen tersebut dengan hasil seri 1-1 melawan Persija.
“Tekanan dari penonton memang hal biasa. Semua butuh proses karena saya baru di sini setelah ada pergantian pelatih mendadak."
Catatan tersebut menjadi motivasi tersendiri buat Liestiadi setelah mendadak menggantikan Alfredo Vera sehari sebelum laga pembuka.
“Tekanan dari penonton memang hal biasa. Semua butuh proses karena saya baru di sini setelah ada pergantian pelatih mendadak. Setelah laga pertama anak-anak dalam kondisi bagus tidak ada yang cedera,” ujar Liestiadi.
"Saya sudah melihat mereka luar biasa. Melawan Persegres, anak-anak sudah menguasai laga yang bisa dilihat dari penguasaan bola, penciptaan peluang, maupun tembakan tepat sasaran."
"Tentu saya masih punya pekerjaan rumah dari hasil tersebut. Saya tekankan kepada anak-anak bahwa dua laga tandang ke depan, kontra Bali dan Semen Padang, ialah untuk mencuri poin," tuturnya.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar