Bhayangkara FC menjadi satu dari dua klub di Liga 1 dengan label plat merah. Walhasil, sepak terjangnya tak boleh memunculkan efek buruk bagi pemerintah, khususnya institusi Polri.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Performa apik di lapangan dan tingkah laku terpuji di luar lapangan menjadi kewajiban bagi Indra Kahfi dkk.
"Bhayangkara membawa nama Polri. Kami melakukan pendekatan kepada masyarakat lewat sisi humanis di klub ini," kata Tito Karnavian, Kapolri.
Tito pun berharap Bhayangkara bisa finis di posisi yang lebih baik dibandingkan saat terjun di TSC 2016. Kala itu, Otavio Dutra cs. bertengger di posisi ketujuh dalam klasemen akhir.
Baca Juga:
- Bos Red Bull Racing Berharap FIA Kaji Ulang Pemakaian T-wing
- Prediksi Juara Liga 1 Versi BOLA, antara Arema FC atau Persib
- Parayalang Indonesia Mengintip Lawan di Asian Games 2018
Sementara itu, meski berseragam "negara", beberapa pemain yang bukan anggota kepolisian tak menganggap tuntutan dari Kapolri sebagai beban. "Saya santai saja. Bhayangkara membayar saya, maka saya harus berusaha tampil baik di lapangan," kata Wahyu Tri Nugroho, kiper Bhayangkara.
Marquee Player Terkait usaha menampilkan aksi terbaik di lapangan, Wahyu optimistis bahwa dia dan rekan-rekannya bisa mewujudkan hal itu. Ia menganggap persiapan yang telah dilakukan kini lebih baik dibandingkan TSC.
Pelatih Bhayangkara, Simon McMenemy, pun menjaminnya. "Persiapan kami sangat bagus. Kami telah pindah dari Surabaya ke Jakarta agar bisa lebih baik lagi," katanya.
Ia pun tak mempermasalahkan timnya tak menggunakan jasa marquee player. "Suporter terkadang terlalu berharap banyak terhadap kehadiran marquee player. Padahal, banyak yang saat ini dalam kondisi kurang bugar. Jadi, untuk saat ini kami tidak ada rencana mendatangkan marquee player," tuturnya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.759 |
Komentar