Saat mulai menapaki karier di pentas tertinggi kompetisi nasional, Liga Super Indonesia 2014, Perseru mendapatkan perhatian lebih. Penyebabnya adalah lokasi tim yang berada di salah satu pulau kecil di Papua, Pulau Yapen.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Lokasi yang sulit diakses plus stadion yang kurang memadai membuat Perseru kala itu harus jadi tim musafir ke Stadion Mandala, Jayapura.
Menjelang akhir musim, mereka baru dapat menempati stadion asli, Stadion Marora, setelah direnovasi.
Marora pun berlanjut menjadi kandang mereka selama TSC 2016. Namun, menjelang Liga 1, Arthur Bonai cs hampir tak bisa menggelar laga kandang di Marora lantaran tak lolos verifikasi terkait akses ke Serui.
Namun, dengan segala pertimbangan, PSSI akhirnya memastikan Perseru bisa tetap bermarkas di Marora. Hal ini pun disambut riang oleh seluruh pengurus, pelatih, dan pemain tentunya.
"Bila diberi kesempatan bermain di Marora, kami tentu memiliki motivasi lebih untuk tampil dengan kemampuan terbaik. Hal ini sangat baik bagi kami," kata Yusak Sutanto, pelatih Perseru.
Baca Juga:
- BOPI Restui PT LIB Gulirkan Liga 1 Musim 2017
- Insiden Bom Hantui Nuri Sahin
- Ronaldo: Sepak Bola Itu Penuh Kejutan
Faktanya, Stadion Marora memang memberikan keuntungan bagi Boman Aime dkk Selama gelaran TSC, Perseru tak sekali pun mengalami kekalahan di kandang.
Tak mau dilabeli tim jago kandang, Yusak menginstruksikan anak didiknya agar tampil tak kalah bagus jika main sebagai tamu.
"Kami ingin mencuri poin di semua partai agar bisa memenuhi target manajemen, bertahan di Liga 1," kata Manajer Perseru, Kilion Imbiri.
Pelatih: Yusak Sutanto
Meski tidak memiliki prestasi mentereng, Yusak adalah pelatih sarat pengalaman. Ia pun tercatat pernah menangangi tim Papua lainnya, Persipura (2006).
Bintang: Arthur Bonai
Selain mampu berkontribusi besar dari sisi teknis permainan, Arthur juga berperan vital dalam memimpin rekan-rekannya.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar