Setelah meluncurkan tim pada 8 April lalu, Pusamania Borneo FC resmi berganti nama menjadi Borneo FC. Titel anyar itu tentu membawa semangat baru juga buat anak asuh Dragan Djukanovic.
Penulis: Ferry Tri Adi
Borneo sebetulnya sudah diprediksi menjadi kuda hitam sejak awal kedatangannya di kompetisi teratas Indonesia pada 2015 lalu. Menjadi juara Divisi Utama 2014, Pesut Etam menjadi ancaman baru klub elite Tanah Air.
Sayangnya kompetisi kala itu tak selesai. Pembuktian Borneo baru dimulai pada Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Dragan membawa Borneo berada di peringkat kesembilan.
Selain itu, Lerby Eliandry dkk. menjadi tim paling produktif di turnamen bersama Sriwijaya FC.
Status kuda hitam Borneo berlanjut di kompetisi pramusim Liga 1, Piala Presiden 2017. Dengan tim Borneo II, bukan tim utama, Pesut Etam mampu menjadi runner-up turnamen.
Dragan pun makin semringah melihat tim kedua Borneo itu tampil apik di tangan Ricky Nelson.
Penggawa muda matang di Borneo II yang menjadi tulang punggung tim ditarik ke skuat utama. Kini, Pesut Etam tak mengalami kesulitan mengikuti regulas pemain U-23.
Setidaknya ada lima nama yang bisa bergantian mengisi starter, yaitu Rifal Lastori, Terens Puhiri, Abdul Aziz, Wahyudi Hamisi, dan Muhammad Satriatama.
Tenaga-tenaga anak muda tersebut tentu sangat dibutuhkan Dragan, yang menerapkan filosofi menyerang.
"Filosofi saya ialah menyerang dengan tetap menjaga pertahanan. Hal itu tentu perlu tenaga lebih banyak. Para pemain harus menjalankan filosofi saya. Kami ingin mempersiapkan tim supaya lebih baik sebelum liga dimulai," tutur pelatih asal Montenegro itu di situs klub.
Sementara itu, belum juga liga berjalan, Borneo malah dibuat kesal operator. Pada Selasa (11/4), manajemen menerima surat perubahan jadwal.
Sejatinya Pesut Etam bermain tandang kontra Persipura pada 16 April, tetapi diubah menjadi melawan PS TNI pada 17 April.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar