Setiap mengawali musim, Persela tak pernah dimasukkan sebagai kandidat juara. Tim berjulukan Laskar Wong Kito itu berlabel kuda hitam.
Penulis: Sahlul Fahmi/Kukuh Wahyudi
Komposisi pemain yang sederhana menjadi faktornya. Selama ini, tim asal Lamongan itu memang dikenal sebagai tim yang enggan berbelanja pemain mahal.
Kondisi keuangan yang terbatas menjadi penyebab.
Namun, bukan berarti mereka tanpa prestasi.
Di akhir musim 2014, PT Liga Indonesia menyatakan bahwa Persela bisa menjadi tim percontohan. Dengan pengeluaran belanja pemain hanya sekitar Rp 5 miliar setiap musim, mereka mampu bersaing di papan tengah.
Menyambut Liga 1, mereka sedikit berinovasi.
Pemain-pemain sarat pengalaman didatangkan, seperti Aang Suparman, Juan Revi, dan Eka Ramdani. Mereka berani mendatangkan marquee player, Jose Emanuel Barbosa.
Pelatih Herry Kiswanto telah memetakan kualitas pemainnya. Di lini depan, Persela mengandalkan kinerja Ivan Carlos.
Baca Juga:
- Reaksi Ter Stegen Setelah Dibobol Juventus Tiga Kali
- Masih Ada Tujuh Final bagi Chelsea
- Ibrahimovic di Balik Kepindahan Robinho ke Milan
"Ivan memiliki naluri gol yang bagus. Kelebihan dia terutama bola-bola atas. Apalagi jika ada Hardianto dan Saddil Ramdani, akan membuat Ivan jauh lebih berbahaya," kata Herry.
Herry sangat berhasrat membawa timnya berprestasi. Musim ini dijadikan sebagai momentum kebangkitannya pascahukuman dari PSSI terkait sepak bola gajah. Herkis tak mau terus-terusan dibayangi kejadian tersebut.
"Terserah orang menilai seperti apa. Yang jelas saya tidak menjadi bagian dari kejadian itu. Saat ini saya hanya ingin fokus menangani Persela untuk membidik prestasi semaksimal mungkin," ucapnya.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar