Tertulis "Indonesian Jose Mourinho" di bio Instagram Bayu Eka Sari. Predikat tersebut mengacu peran Bayu sebagai asisten sekaligus penerjemah untuk pelatih tim nasional (timnas) Indonesia, Luis Milla.
Lantaran cuma hanya fasih berbicara dengan bahasa ibunya, arsitek asal Spanyol itu memang membutuhkan bantuan dalam komunikasi dengan pemain. Terpilihlah Bayu yang menguasai bahasa Spanyol, Perancis, dan Portugal, sejak akhir Januari 2017.
Bukan tanpa sebab Bayu meminjam nama Mourinho untuk menjelaskan pekerjaannya. Diawali peran sebagai penerjemah, Mourinho mengambil batu loncatan untuk menjadi pelatih top.
Pria asal Portugal itu melakukan tugas alih bahasa untuk Sir Bobby Robson di Sporting Clube de Portugal, Porto, dan Barcelona pada akhir 1990-an.
Singkat cerita, Mourinho kini memiliki curriculum vitae mentereng dengan koleksi delapan gelar liga di empat negara dan dua trofi Liga Champions.
Baca: "Bobby Five-O", Guru dari Lima Juara Liga
Dari kisah Mourinho pula, Bayu belajar bahwa seseorang yang bukan siapa-siapa bisa memiliki pengaruh besar dengan kemauan keras.
"Itu membuktikan bahwa kita semua bisa. Kalau kita mempunyai mimpi, jangan menyerah dan harus tetap maju. Buktikan di lapangan. Lihat dia sekarang," tutur Bayu ketika mengunjungi kantor redaksi JUARA dan Kompas.com, Selasa (11/4/2017).
Seperti Mourinho dan Robson, Bayu mengaku dapat banyak pelajaran sepak bola dari Milla. Dia menyadari bahwa untuk menjadi seorang pesepak bola hebat, kemampuan tanpa kedisiplinan tidaklah cukup.
Berinteraksi dengan Milla hampir 24 jam sehari tidak lantas membuat Bayu merasa spesial, seperti halnya Mourinho yang mengklaim predikat The Special One ketika baru tiba di Chelsea pada 2004.
"Karena panggilan saya BES, jadi saya mau menjadi the best one saja," ujar sosok yang menguasai bahasa Spanyol, Perancis, dan Portugal itu.
Bayu memang tidak ingin terburu-buru mengambil jalur serupa Mourinho atau merintis karier kepelatihan.
Menurut pria berusia 26 tahun itu, ada banyak pertimbangan sebelum menjajal karier kepelatihan yang membutuhkan sertifikasi dan kesiapan mental.
"Luis Milla sempat mengajak saya untuk pergi ke Spanyol dan mengambil kursus kepelatihan ketika dirinya selesai di Indonesia. Namun, saya belum bisa memutuskan karena belum menikah juga," ucap pengagum Juventus dan sepak bola Italia itu.
Baca: Nilai Minus Sepak Bola Indonesia di Mata Luis Milla
Bagi Bayu, terpenting adalah apa yang dijalaninya saat ini. Dia ingin membantu Milla untuk meningkatkan level sepak bola Indonesia setinggi mungkin.
Paling dekat, timnas Indonesia U-22 akan mengarungi SEA Games di Malaysia, Agustus 2017. Target medali emas dibebankan PSSI kepada anak-anak asuh Milla.
Tidak cuma gelar juara di level Asia Tenggara, Bayu bahkan berharap agar tim Garuda bisa tampil di ajang yang jauh lebih bergengsi.
"Mimpi terbesar yang selalu saya sampaikan ke semua orang, saya ingin melihat Indonesia bermain di Piala Dunia. Bagaimana pun caranya, baik itu saya menjadi penonton, manajer, dan pemain," ujar Bayu.
Editor | : | |
Sumber | : | - |
Komentar