Carlo Ancelotti dikenal sebagai pelatih kalem. Ia lebih memilih pendekatan personal guna menggenjot performa sang pemain. Soal taktik? Ia tak punya preferensi khusus. Bagi Don Carletto, segalanya adalah soal keseimbangan.
Penulis: Anggun Pratama
Keseimbangan itu sangat penting, antara menyerang dan bertahan. Yang penting adalah jumlah pemain cukup buat membanjiri kotak pemain lawan ketika menyerang dan tidak terekspos karena kekurangan personel ketika bertahan.
Carletto juga tidak menyiram seluruh pemainnya dengan instruksi mendetail nan menjelimet. Ia hanya memberikan instruksi yang jelas dan percaya dengan pembuatan keputusan para pemainnya.
Toh, memang pemain yang berlaga di atas lapangan. Pendekatan Carletto sangat sederhana, tetapi bukan berarti ia tak punya imajinasi.
Tim asuhannya tak pernah disebut sebagai tim negatif kendati memiliki pertahanan bagus.
Bak seorang konduktor, Carletto membentuk sebuah simfoni yang berisi sosok-sosok kaya teknik dengan kemampuan individual di atas rata-rata.
Carletto adalah pelatih yang membangun sistem yang cocok dengan para pemainnya, bukan membuat pemain cocok dengan sistem keinginannya.
Kondisi tersebut tentu berbeda dengan Pep Guardiola yang bisa dibilang maniak bila bicara soal taktik. Tak ada satu pun pemain yang boleh melanggar kata-katanya. Pep seperti membawa pecut.
Simak saja pengakuan Thierry Henry ketika masih di Barcelona yang sudah diketahui banyak orang.
"Saya pernah mencetak gol buat Barcelona karena keluar dari posisi seharusnya. Pep lantas mengganti saya karena tidak menurut dengan taktiknya," ucap sang penyerang.
Dari sisi permainan, Don Carletto di Muenchen tidak menuntut pemainnya agar mengendalikan laga secara mutlak. Ia bisa membuat timnya beradaptasi dengan sistem lawan.
"Kami bermain sedikit lebih sabar di berbagai kesempatan. Di era Pep, kami mencoba terus menekan lawan selama lebih dari 90 menit. Kini, kami memilih situasi lebih bijak buat menekan lawan," kata Joshua Kimmich kepada tz.de.
Cara tersebut bisa terlihat ketika menghadapi Borussia Dortmund akhir pekan kemarin. Dalam kemenangan 4-1 di Allianz Arena, gol-gol Muenchen banyak yang lahir melalui serangan balik kilat.
Baca Juga:
Tanpa Pakem
Seperti yang sudah disebut sebelumnya, Ancelotti tidak mendewakan sebuah sistem. Yang penting adalah cocok buat timnya dan juga lawan.
Carletto bahkan pernah membiarkan anak asuhnya menentukan sendiri strategi di hari pertandingan. Laga itu adalah final Piala FA 2010 kontra Portsmouth. Chelsea menang 1-0.
"Saya yakin para pemain mengikuti strategi, karena mereka sendiri yang membuatnya. Terkadang saya merancang strategi, tetapi tak tahu apakah para pemain paham dengan instruksi saya," katanya di Financial Times.
"Saya terkadang bergurau dengan pemain, 'apakah kalian paham dengan strategi saya?' Mereka lantas menjawab, 'Ya, ya! Tolong ulangi, Bos'," ucapnya lagi.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar