Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Lazio Masih Bisa Memburu Rekor Poin di Serie A

By Jumat, 14 April 2017 | 09:01 WIB
Pelatih Lazio, Simone Inzaghi (kanan), memperhatikan aksi pemainnya, Dusan Basta, seusai menekel bek Napoli, Ivan Strinic (tengah), dalam laga lanjutan Liga Italia 2016-2017 di Stadion Olimpico, Roma, pada 9 April 2017.
ALBERTO PIZZOLI/AFP
Pelatih Lazio, Simone Inzaghi (kanan), memperhatikan aksi pemainnya, Dusan Basta, seusai menekel bek Napoli, Ivan Strinic (tengah), dalam laga lanjutan Liga Italia 2016-2017 di Stadion Olimpico, Roma, pada 9 April 2017.

Kekalahan 0-3 dari Napoli, Minggu (9/4/2017) di Olimpico, adalah pukulan berat bagi peluang Lazio untuk menyelesaikan kompetisi di zona Liga Champions. Tapi, bukan berarti kondisi tersebut bakal menyurutkan semangat Gli Aquilotti meraih poin demi poin pada tujuh pertandingan tersisa.

Penulis: Dwi Widijatmiko

Lazio kini sudah tertinggal tujuh poin dari Napoli, yang menempati peringkat tiga.

Namun, kalaupun pada akhirnya nanti gagal lolos ke Liga Champions, Lazio masih bisa meraih sesuatu yang membanggakan untuk dimasukkan ke dalam sejarah klub.

Lazio musim ini masih bisa mengklaim diri sebagai Tim Elang terbaik sejak klub dipresideni oleh Claudio Lotito pada 2004-2005.

Tentu saja ini bukan soal posisi finis di liga atau kemampuan lolos ke Liga Champions, kompetisi antarklub paling elite di Eropa.

Lazio-nya Lotito pernah finis di posisi ketiga Serie A musim 2006-2007 dan 2014-2015. Pada musim itu Biancoceleste berhasil meraih tiket ke Liga Champions.


Presiden Lazio, Claudio Lotito berbincang dengan pelatih Lazio, Simone Inzaghi, saat makan malam natal di Roma, pada 13 Desember 2016.(MARCO ROSI/GETTY IMAGES)

Status tim terbaik yang bisa didapatkan skuat besutan Simone Inzaghi adalah soal perolehan poin.

Dengan sekarang sudah mengoleksi 60 angka, Lazio masih dalam trek untuk memecahkan rekor perolehan poin tertinggi selama kepemimpinan Lotito.

Pencapaian terbaik Lazio-nya Lotito adalah 69 poin, yang diraih pada musim 2014-2015. Lazio hanya membutuhkan tambahan sepuluh poin untuk memecahkan rekor. Sepuluh poin setara tiga kemenangan dan satu hasil seri.

Baca Juga:

Tujuh partai sisa Lazio adalah melawan Genoa, Palermo, Roma, Sampdoria, Fiorentina, Inter, dan Crotone.

Sama sekali tidak ringan, tapi Aquilotti punya peluang bagus mengamankan tiga kemenangan dari laga kontra Genoa, Palermo, dan Crotone. Tinggal satu hasil seri diupayakan dari partai lain yang kualitasnya lebih susah.

Tambahkan satu kemenangan lagi dan Lazio 2016-2017 akan membuat rekor lain yang levelnya lebih tinggi. Mereka akan melewati catatan 72 poin saat klub terakhir kali meraih scudetto pada 1999-2000.

Jumlah 72 poin adalah raihan tertinggi Lazio dalam satu musim Serie A. Peluang Inzaghi membawa pasukannya mengukir rekor-rekor tersebut sangat terbuka mengingat Lazio tampak menemukan performa terbaiknya sejak Februari.

Tim Biru Langit meraih 20 poin dari kemungkinan maksimal 27 yang bisa didapatkannya.

Kredit buat Inzaghi

 

Simone Inzaghi jelas layak mendapatkan kredit utama. Pelan-pelan dia berhasil mengeluarkan kemampuan terbaik para pemain.

Wesley Hoedt dan Stefan de Vrij tampil bagus mengawal pertahanan, Sergej Milinkovic-Savic kini menjadi salah satu gelandang muda paling memikat di Eropa, sedangkan Ciro Immobile sebentar lagi akan melewati torehan 20 gol.

Sulit dibayangkan ini adalah hasil kerja dari pelatih yang hanya menjadi pilihan darurat. Inzaghi mulai bekerja menangani tim utama Lazio pada pekan-pekan terakhir musim lalu. Dia menggantikan Stefano Pioli, yang dipecat.


Gestur pelatih Lazio, Simone Inzaghi, saat mengawal timnya melawan Juventus dalam laga lanjutan Liga Italia 2016-2017 di Stadion Juventus, Turin, pada 22 Januari 2017.(MARCO BERTORELLO/AFP)

Inzaghi, eks pelatih Lazio junior, tadinya tak dipercaya melanjutkan pekerjaannya. Lazio memilih memakai Marcelo Bielsa.

Tapi, pelatih asal Argentina itu mangkir dari kontrak dan Inzaghi pun dipilih menggantikan Bielsa hanya karena dia solusi termudah.

“Saya pikir kondisi sekarang menunjukkan takdir kami sudah tertulis sejak awal. Setelah problem dengan Bielsa, saya dipanggil lagi. Orang lain mungkin merasa terhina karena hanya menjadi pilihan kedua,” kata Inzaghi kepada Mediaset.

“Tapi, saya tahu apa peran di dalam tim. Saya tahu bisa memenangi hati publik lagi dengan hasil. Saya paham para pemain tidak kehilangan keyakinan pada saya dan akan menerima dengan tangan terbuka sekalipun saya hanya 'pilihan kedua'," ujarnya.

Inzaghi bukan cuma sukses membawa timnya melangkah tinggi di klasemen Serie A. Lazio juga diantar ke final Coppa Italia menghadapi Juventus pada 2 Juni.

Untuk melangkah ke sana, Lazio menyingkirkan Inter dan Roma, dua tim yang sebetulnya lebih diunggulkan.

“Saya harap musim depan seperti musim ini. Kami meninggalkan lapangan dengan tifosi memberikan aplaus. Mereka menghargai apa yang kami lakukan. Tim berada di posisi keempat dan final Coppa Italia. Tidak ada yang menyangka hal ini di awal musim," ujar Inzaghi lagi.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.758


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X