Siapa yang ingin segera balapan lagi? Kalau bicara tim, pastilah Mercedes. Mereka adalah tim juara dunia yang masih dijagokan tapi terpukul pada seri pembuka di Australia. Ferrari mengalahkan mereka secara telak.
Penulis: Arief Kurniawan
Segera ingin membalas kekalahan itu adalah misi yang diusung oleh tim yang dibela Lewis Hamilton ini. GP China di Sirkuit Shanghai, secara teori, bakal masih jadi tempat di mana Mercedes unggul atas Ferrari.
Di sirkuit yang mulai digunakan tahun 2004 ini terdapat lintasan lurus yang lebih dari 1 km. Di situlah Mercedes, dan tim-tim yang menggunakan power unit (mesin) Mercedes, unggul.
Berkaca dari hasil di Australia, top speed alias kecepatan maksimal masih dipegang oleh tim-tim bermesin Mercedes. Mesin Ferrari yang tahun lalu nomor dua bahkan kalah dari Renault.
Tapi, tunggu dulu. Fokus Ferrari memang tidak melulu dalam hal top speed. Mereka sangat ingin tangguh di tikungan, karena jumlahnya lebih banyak ketimbang lintasan lurus. Dengan tangguh di tikungan, lomba bisa jadi milik mereka.
Shanghai pun memiliki beragam jenis tikungan yang bisa jadi menguntungkan Ferrari. Apakah Mercedes cuma bagus di lintasan lurus? Tidak juga.
Hamilton dan rekan setimnya, Valtteri Bottas, secara umum juga mampu lebih bagus dari pada Ferrari di sektor itu.
"Saya berharap Ferrari hanya bagus di Melbourne dan di Shanghai kami justru mulai menjadi tim yang kembali ditakuti," ujar pimpinan Motorsport Mercedes, Toto Wolff.
Baca Juga:
- Pelatih Persiba Bicara Kebutuhan Marquee Player
- Gelandang Lyon Ini Tidak Buru-buru Pindah ke Juventus
- Level Simeone, Momen Terbaik Atletico di Derbi Madrid
Menariknya, sebelum era hibrida, Ferrari adalah tim terakhir yang menaklukkan Shanghai, lewat Fernando Alonso tahun 2013. Setelah itu Mercedes tak tertahankan.
"Perjalanan masih panjang, kami mesti tetap realistis. Mercedes tetap tim tangguh yang sulit dikalahkan," kata Sebastian Vettel, pebalap yang menghapus dahaga kemenangan Ferrari di Australia lalu.
Vettel berharap timnya realistis karena tahun lalu walau dia runner-up, tapi selisih waktunya dengan Nico Rosberg sang pemenang sangat jauh, 37 detik.
Hanya, bila ternyata Ferrari sekali lagi bisa mengalahkan Mercedes di trek yang secara teori masih jadi andalan mereka, ini pertanda buruk bagi Hamilton.
Kalah di Australia bisa dimaklumi karena ada peran kesalahan taktik lomba.
Di Shanghai, kalaupun Hamilton menghadapi kendala sama yakni tertahan pebalap lain sehingga tak bisa memperkecil jarak dengan Vettel, paling tidak ia bisa menyusulnya karena itu memungkinkan.
Yang tak kalah penting dari duel Mercedes vs Ferrari adalah peran pebalap kedua masing-masing, yakni Bottas dan Kimi Raikkonen. Kebetulan di Australia mereka juga ada di peringkat tiga dan empat.
Mereka dituntut untuk tidak boleh berbuat salah, karena walau gelar juara dunia masih jauh dari kepastian tapi nilai berapa pun sangat penting sejak awal musim.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.757 |
Komentar