Yussa Nugraha tengah menyiapkan kepulangannya ke Belanda pada hari itu, Kamis, 15 September 2016. Saat jam menunjukkan pukul 12 lebih 40 menit, sebuah notifikasi masuk ke telepon genggam penyerang tim junior SC Feyenoord - klub amatir cabang Feyenoord Rotterdam - itu.
Ada pesan Whatsapp dari Indra Sjafri yang meminta data dirinya. Yussa yang saat itu belum genap berusia 16 tahun, membalas dengan nama lengkap, tanggal lahir, tinggi, berat badan, dan lampiran akta kelahirannya.
Ketika ditanyakan untuk apa, Indra cuma menuliskan, "Saya hanya lihat data dulu."
Selintas percakapan itu menjadi kontak terakhir antara Indra dan Yussa. Tak ada panggilan lanjutan baik dari personal Indra maupun surat resmi PSSI, mengingat kini sang pelatih sudah menangani tim nasional (timnas) U-19.
Kontak yang terjadi tahun lalu memang belum bisa ditafsirkan sebagai pembuka jalan Yussa menuju timnas. Sebab, Indra masih berstatus sebagai pelatih Bali United saat itu.
"Entah buat Bali United atau timnas," ujar remaja asal Solo itu kepada JUARA, Minggu (2/4/2017).
Buktinya, Yussa masih jauh dari seragam dengan lambang Garuda dada kiri hingga kini. Dia tidak masuk daftar 12 pemain Indonesia di luar negeri yang dijadwalkan mengikuti seleksi yang digelar Indra.
Dari 12 nama, lima di antaranya merupakan pemain yang berkarier di Spanyol dan tak satu pun bermain di Belanda seperti Yussa.
Buat Yussa, masih ada hikmah meski dirinya belum mendapatkan panggilan resmi dari timnas. Sosok penggemar Real Madrid itu bisa fokus mengejar posisinya yang sempat hilang di SC Feyenoord.
Pada musim 2015-2016, Yussa sempat terdaftar di akademi tim. Namun, dia menderita cedera parah dan mengalami keterlambatan administrasi sehingga posisinya diambil anak lain untuk musim ini.
Tak ada garansi tempat meskipun Yussa merebut predikat top scorer SC Feyenoord U-15 dengan 18 gol pada seluruh ajang musim 2014-2015.
Anak dari Edu Nugraha itu terpaksa berjuang lagi dari awal. Sambil menjalani seleksi untuk tim U-17 yang bakal mengarungi musim 2017-2018, dia diizinkan berlatih bersama tim U-16.
"Seandainya ada panggilan dari timnas, aku pasti bingung. Waktunya bersamaan dengan seleksi di Belanda. Padahal, aku tidak mungkin menolak panggilan timnas," tutur Yussa.
Febri, Ezra, dan Lilipaly
Hasrat membela negara turut mendorong Yussa memantau kiprah timnas dari kejauhan. Oleh karenanya, dia mengenal sejumlah anggota tim Garuda.
Contohnya adalah Febri Haryadi. Yussa mengaku kagum dengan kemampuan olah bola pemain sayap timnas asal Persib Bandung itu.
Turut disaksikan oleh Yussa bagaimana Febri melakoni debutnya saat Indonesia menjalani uji coba kontra Myanmar di Stadion Pakansari, Cibinong, 21 Maret 2017.
"Saya sangat menyukai gaya permainan Febri. Selain dia, Sadil Ramdani juga bermain tenang," ucap Yussa juga fasih beroperasi di sisi lapangan.
Pujian dan kekaguman Yussa turut tertuju kepada Ezra Walian yang melakukan debut senior pada waktu bersamaan dengan Febri dan Saddil.
Baca: Setelah Cetak Gol, Ezra Walian Bicara soal Kostum Timnas dan Mi Bakso
Menariknya, sebelum partai kontra Myanmar, sosok Ezra tidaklah asing buat Yussa. Keduanya sempat berbicara tatap muka di Belanda.
"Waktu itu, Ezra (bersama Ajax U-19) mau melawan Feyenoord U-19. Kami membicarakan tentang pertandingan dan saling menanyakan kabar," tutur Yussa.
Karena faktor geografis pula, Yussa sempat bersua dengan Stefano Lilipaly, gelandang Indonesia yang kini berseragam SC Cambuur. Sebelum Piala AFF 2016, Lilipaly yang mengenakan jaket timnas, berfoto dengan Yussa.
Baca: Lilipaly Punya Guru Bahasa Indonesia
Misi utama Yussa bukanlah sekadar berfoto bersama layaknya penggemar. Besar harapannya untuk bersanding sebagai kolega pada pemusatan latihan timnas, baik itu yang diasuh Indra Sjafri maupun tim U-22 besutan Luis Milla.
"Buat saya, membela timnas menjadi kebanggaan luar biasa. Suatu saat nanti, saya ingin mengikuti seleksi dan semoga bisa lolos," ujar Yussa.
Editor | : | |
Sumber | : | - |
Komentar