Direktur Teknik timnas Indonesia, Danurwindo, menyoroti keberadaan sekolah sepak bola (SSB) di Tanah Air. Hal itu ia sampaikan dalam sebuah diskusi dengan insan pers di Hotel Yasmin, Karawaci, Tangerang pada Jumat (31/3/2017).
Danurwindo mengapresiasi pihak-pihak yang melahirkan SSB di berbagai penjuru Tanah Air. Namun, ia menggarisbawahi keberadaan pelatih di SSB tersebut.
”Kami harus mengapresiasi kemunculan SSB yang kini bertebaran di Indonesia," kata Danurwindo dalam acara "A Night with The Manager.”
Acara yang digelar PSSI ini menghadirkan pelatih timnas Indonesia asal Spanyol, Luis Milla.
”Hal bagus ini harus dihargai. Tetapi, apakah semua pelatih di SSB mengerti cara menangani pemain usia dini?” kata mantan pelatih timnas ini.
Baca juga:
- Timnas U-22 Malaysia Kebobolan 10 Gol di Dubai
- Cak No: Pemain Boleh Pensiun, tetapi Suporter Tidak
- Alfin Tuasalamony Buka Peluang Kembali ke Persija
Sorotan terhadap kualitas pelatih SSB di Tanah Air mengemuka. Karena, mereka yang akan melahirkan dan membentuk bibit-bibit potensial untuk menjadi pesepak bola profesional di Indonesia.
”Dalam proses menjadi pemain yang baik, talenta itu berpengaruh sebesar 20 persen, selebihnya dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk peran kualitas pelatih usia dini," ujar Danurwindo.
Danurwindo mengakui Indonesia kekurangan pelatih sepak bola yang berkualitas, termasuk di usia dini.
”Padahal, pokok persoalan sepak bola kita adalah pembinaan usia muda. Bukankah better coaches, better players?" katanya.
Indonesia tidak bisa melangkahi fase ini, yaitu pemain bagus dilahirkan oleh pelatih yang bagus pula. Begitu penekanan dari Danurwindo.
”Usia emas meningkatkan skill pemain ada di 11-14 tahun. Kalau kita tidak memerhatikan fase ini, pemain Indonesia baru akan dibentuk pada 17-18 tahun. Maka, itu akan terlambat,” tutur Danurwindo.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | - |
Komentar