Tak pernah sepanjang kariernya Arsene Wenger merasa musim berjalan seberat ini. Ya, 2016-2017 adalah musim tersulit Wenger selama menangani Arsenal. Apakah menjadi musim terakhir Wenger?
Penulis: Christian Gunawan
Musim 2016-2017 diawali dengan kekalahan Arsenal dari Liverpool FC di Stadion Emirates.
Namun, The Gunners bisa bangkit dan menunjukkan diri sebagai salah satu kandidat juara liga.
Pada pekan kesembilan dan ke-15, Alexis Sanchez cs bisa memuncaki klasemen Liga Inggris. Akan tetapi, inkonsistensi lagi-lagi membungkus performa klub London Utara ini.
Gelar yang terakhir diraih pada 2003-2004 melalui penampilan yang termasyhur menjauh lagi.
Hingga pekan ke-27, Gunners bahkan keluar dari empat besar.
Baca Juga:
- Jadwal Siaran Langsung Olahraga 28 Maret-3 April 2017
- Persib Bandung Jadi Teladan di Stadion Teladan
- Anugerah Kilat bagi Pelatih Termuda Bundesliga
Tekanan di bahu sosok yang kerap dijuluki Si Profesor ini bertambah dari Liga Champions. Benar, Arsenal lolos ke fase gugur untuk 13 musim beruntun, tetapi mereka terhenti lagi di perdelapan final untuk delapan tahun secara konsekutif.
Musim ini, tersingkirnya Si Gudang Peluru terjadi sangat keras. Mereka dua kali kalah 1-5 di tangan Bayern Muenchen.
Suara-suara “Wenger Out” mengeras lagi. Pihak klub tampak sudah sulit mengabaikan kegusaran para pendukung penyuara pemecatan Wenger itu.
Spanduk lain di Emirates yang berbunyi “Arsene, terima kasih atas kenangannya, tetapi kini saatnya berpisah” mungkin ada benarnya.
Pencapaian tiga kali kampiun Premier League ditambah enam Piala FA bukannya terlupakan begitu saja.
Torehan The Invincibles, juara semusim tanpa terkalahkan pada 2003-2004, yang diikuti rekor 49 pertandingan tak terkalahkan di Premier League, akan selalu melekat pada diri pria kelahiran Strasbourg, Prancis, ini.
Lukas Podolski, menjelang beruji coba dalam panggilan terakhir di timnas Jerman melawan Inggris (1-0), menaruh respek kepada eks bosnya walau ia sempat kecewa akibat dilepas tanpa penjelasan dua tahun lalu.
Wenger membangun Arsenal dari nol. Kini, mereka memiliki banyak pencapaian. Akan menarik melihat siapa yang datang setelah ia pergi karena klub itu dibangun dengan gaya Arsene Wenger," ucap Poldi dikutip ESPN.
Setelah remuk-redam di tangan Bayern dan bila The Gunners tak berhasil finis di zona Liga Champions musim ini, para suporter yang sudah gerah mendapatkan alasan besar untuk menuntut pemecatan Wenger.
Desakan pendepakan sang manajer yang mereka keluarkan punya dasar kuat.
Kegagalan meraih tiket LC itu akan menjadi yang pertama sejak terakhir kali terjadi pada 1996-1997.
Wenger tak punya alasan yang lebih kuat lagi untuk meyakinkan direksi, apalagi para fans Arsenal.
Dewan direksi yang selama ini juga berlindung di balik argumen Wenger agar tidak memecat sang manajer pun akan semakin sulit berkelit.
Masih ada Piala FA yang bisa disasar. Namun, Gunners akan bertemu Manchester City di semifinal.
Bila bisa lolos dari laga 22 atau 23 April di Stadion Wembley, pasukan Wenger ditunggu pemenang duel Chelsea dan Tottenham.
Arsenal boleh jadi yang terlemah bila melihat grafik permainan terakhir. Bahkan, kalau bisa juara Piala FA pun Arsene sulit menyelamatkan diri bila tiket ke LC gagal didapat.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar