Sevilla dan sang pelatih, Jorge Sampaoli, ingin memanfaatkan jeda kompetisi akibat laga antarnegara sebagai momentum membuang sial. Sevilla saat ini memang tengah dalam kondisi krisis mini.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Sevilla tak bisa memenangi empat pertandingan di semua kompetisi. Mereka ditahan seri Alaves dan Leganes di La Liga serta kalah dari Atletico.
Satu hasil lain adalah kekalahan pahit 0-2 dari Leicester di Liga Champions. Krisis hasil positif ini terbilang luar biasa.
Sejak ditangani Sampaoli, Sevilla tak pernah gagal menang di empat laga beruntun.
Bahkan, situasi tidak mampu menang di empat laga beruntun ini sudah tak pernah terjadi terhitung sejak September 2015 ketika tim masih diarsiteki Unai Emery.
"Semua tim pasti mengalami yang namanya periode buruk. Apes kami mengalami periode buruk ini di saat-saat krusial, seperti babak perdelapan final Liga Champions. Saya harap jeda kompetisi ini membawa hal baik bagi kami. Saya yakin seusai jeda, para pemain bisa kembali tampil maksimal," ungkap gelandang Vitolo di Marca.
Vitolo dan Sevilla ambisius bisa bangkit usai jeda. Untuk bisa mewujudkannya, mereka harus memperbaiki sejumlah pekerjaan rumah.
Salah satunya adalah gaya main yang tak lagi mengejutkan. Hal itu diakui oleh elemen Sevilla sendiri.
"Gaya main kami mulai dipahami rival. Kuncinya di penguasaan bola kami yang relatif tidak bervariasi, Semoga rentetan hasil buruk ini tak mengubah mentalitas pemenang para pemain karena kami masih ingin finis minimal di peringkat ketiga klasemen," tutur Pablo Sarabia.
Banjir Tembakan
Sevilla masih bermain atraktif seperti di awal musim, bermodal penguasaan bola. Hasilnya masih sering efektif, tapi memang tidak terlihat di empat laga pamungkas.
Di pertandingan itu, Sevilla bak pintu gerbang yang mempersilakan tim lawan buat melepas tembakan sebanyak-banyaknya.
Baca Juga:
- Gelar Dobel dan Rekor Angka Chelsea
- Wayne Rooney, antara Everton, China, dan Amerika Serikat
- Resmi Gabung Persija, Arthur Irawan Buka Suara
Perubahan memang terjadi dari sisi defensif tim. Penguasaan bola mereka seperti tak menggaransi lagi kenyamanan di pertahanan.
Dalam 16 pertandingan terakhir di La Liga, Sevilla harus menelan 10 atau lebih tembakan lawan, baik yang akurat maupun tidak!
Tim-tim yang dalam krisis atau penghuni papan tengah dan bawah semodel Valencia, Leganes, Real Betis, sampai juru kunci di klasemen, Osasuna, dibiarkan melepaskan banyak tembakan.
Wajar kalau Sevilla menjadi tim yang kerap kebobolan. Kalau sudah begitu, perlu usaha ekstra untuk mempertahankan keunggulan atau bangkit dari ketertinggalan skor.
"Kami mengritik diri sendiri. Kami tahu sedang menghadapi momen yang sulit, tapi tak boleh berhenti memercayai tim ini. Kami akan bangkit," ucap bek Nicolas Pareja.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.754 |
Komentar