Terdapat deretan cukup panjang jika berbicara soal pemain Arsenal yang bermain di bawah ekspektasi. Aaron Ramsey, Mesut Oezil, Francis Coquelin, sampai Granit Xhaka adalah beberapa di antaranya.
Penulis: Sem Bagasakara
Ramsey masih bisa "berlindung" kepada fakta bahwa dirinya kembali diganggu serangkaian cedera musim ini. Sekalipun angin-anginan, Oezil tetap salah satu penyuplai bola terbaik The Gunners, terutama di wilayah sepertiga akhir permainan.
Coquelin? Banyak yang menganggap performanya merosot karena kehilangan partner jangkar sehati, Santi Cazorla, yang terlilit cedera panjang.
Xhaka barangkali adalah yang paling jauh dari tingkat ekspektasi fan pada awal musim. Ia dibeli dengan biaya mahal senilai 34 juta pound dari Borussia Moenchengladbach.
Harapan tinggi jelas menyertainya. Xhaka terkenal sebagai gelandang jangkar garang yang juga piawai mendistribusikan bola.
Baca Juga:
- Legenda Real Madrid Anggap Barcelona Lebih Konsisten
- Romelu Lukaku, Kandidat Top Skorer Paling Krusial
- Indonesia U-22 Bersiap ke Spanyol
Karakternya membawa memori suporter kembali kepada sosok bernama Gilberto Silva, anggota tim Arsenal peraih titel Premier League 2003/04 dengan status tak terkalahkan.
Xhaka sempat mendapatkan atensi ekstra fan berkat gol tembakan jarak jauh indahnya ke gawang Hull pada pekan kelima Premier League 2016/17. Julukan Xhakaboom pun segera disematkan.
Namun, bukannya semakin sering mengejutkan lawan dengan sepakan jarah jauh, Xhaka justru malah lebih doyan melepas tekel keras.
Disiplin
Di Premier League musim ini, Xhaka telah dua kali mendapatkan amanat pengusiran dari sang pengadil, tepatnya di laga kontra Swansea (3-2) dan Burnley (2-1). Semuanya adalah kartu merah langsung.
Jumlah kartu merah pemain asal Swiss itu lebih banyak ketimbang kontribusi golnya.
"Secara natural, Xhaka bukan tukang tekel bagus. Dalam membuat keputusan, ia cukup cerdas. Namun, caranya melakukan tekel tak meyakinkan," kata Arsene Wenger di Metro.
Rapor minor dalam hal kedisiplinan itu menjadi bahan introspeksi Xhaka. Ia merasa selama ini cukup sering melakukan pelanggaran tak perlu yang sebenarnya masih jauh dari area bertahan tim.
"Saya sudah menganalisis kartu merah saya. Kebanyakan pelanggaran terjadi sebelum garis tengah atau 60 sampai 70 meter dari gawang kami," kata Xhaka.
Kendati demikian, adik kandung dari Taulant Xhaka itu enggan sepenuhnya mengubah gaya main.
"Itu adalah ciri khas permainan saya. Jika membuangnya, saya bukan lagi orang yang sama," tutur Xhaka.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.754 |
Komentar