Mat Halil sudah seperti menjadi bagian tak terpisahkan dari Persebaya Surabaya. Sejak memulai karier profesional, dia sudah bermain untuk klub kebanggaan warga Surabaya tersebut.
Penulis: Gonang Susatyo
Mat Halil meninggalkan Persebaya setelah klub itu mendapatkan sanksi dari PSSI. Saat Persebaya kembali berkompetisi, dirinya pun kembali bergabung bersama Tim Bajul Ijo.
Mat Halil, yang kini merupakan pemain paling senior di Persebaya menjelang bergulirnya Liga 2 musim 2017, layak didaulat sebagai simbol kesetiaan.
Loyalitasnya bisa menjadi pelajaran bagi siapa pun di negeri ini.
Bagaimana pemain belakang kelahiran 3 Juli 1979 itu memaknai perjalanan kariernya bersama Persebaya dan apa harapannya ke depan?
Berikut wawancaranya dengan kontributor Tabloid BOLA, Gonang Susatyo:
Bagaimana kesiapan Anda dan Persebaya untuk kembali berkompetisi?
Tentu saya senang saat Persebaya kembali berkompetisi. Saya berharap Persebaya kembali berprestasi. Saat sudah bisa berkompetisi, saya pun mengikuti seleksi untuk masuk tim. Meski pernah lama bermain di Persebaya, saya tak ingin diperlakukan berbeda dan tetap ikut seleksi.
Persaingan di Liga 2 nanti pasti akan lebih ketat. Walau begitu, kami pasti ingin bisa promosi ke kasta tertinggi. Saya yakin Persebaya akan kembali diperhitungkan.
Dalam usia yang akan mencapai 38 tahun, Anda belum berpikir soal pensiun?
Belum, saya baru akan pensiun kalau sudah tidak mampu lagi bermain. Hanya, kondisinya sudah berbeda dibanding saat masih muda.
Dulu saya sangat rajin naik untuk melapis serangan dan secepatnya turun saat tim mendapatkan tekanan. Sekarang tidak sering naik lagi.
Sebagai pemain paling senior, tentu beban dan harapan ada pada Anda.
Tentu saya mendapatkan tanggung jawab besar. Tetapi, hal itu tak menjadi beban bagi saya. Saya diharapkan bisa membimbing pemain muda agar mereka bisa cepat beradaptasi. Saya harus bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka.
Apa sebenarnya arti Persebaya bagi Anda?
Saya pernah ditawari PSPS Pekanbaru saat klub itu mengumpulkan banyak pemain bintang. Kontrak yang ditawarkan juga sangat besar. Saya diminta untuk mencoba bergabung selama satu pekan. Kalau tidak cocok, saya diizinkan tidak bergabung.
Saya sempat berkonsultasi dengan senior saya, Mursyid Effendi. Dari pertimbangan dia, saya akhirnya memutuskan tetap di Persebaya.
Saya asli Surabaya dan dibina di Persebaya. Terus terang, saya sudah cinta Persebaya. Klub juga menunjukkan komitmen. Tunggakan klub pada pemain, termasuk saya, langsung dibereskan setelah klub tidak lagi menghadapi masalah keuangan.
Jadi, saya tidak akan pernah meninggalkan Persebaya. Apalagi, Persebaya adalah klub besar. Bermain di Surabaya berarti saya tetap bisa dekat dengan keluarga. Saya memang tidak bisa lama-lama meninggalkan keluarga.
Tetapi, ketika Persebaya dibekukan dan tidak boleh berkompetisi, saya tak punya pilihan lain. Saya bergabung dengan tim dari Sidoarjo, tetapi itu pun cuma sebentar.
Anda juga bertahan ketika Persebaya didegradasi.
Ada beberapa pemain yang bertahan saat Persebaya terdegradasi. Selain saya masih ada Rahel Tuasalamony. Saat itu, saya hanya berpikir bagaimana mengembalikan Persebaya promosi.
Saya tidak berpikir mencari klub lain meski yang lain memilih untuk pergi. Saya pernah membawa Persebaya juara. Saat tim terpuruk, saya harus bisa mengangkatnya.
Ada rumor bahwa PSSI akan menerapkan regulasi pembatasan usia maksimal 35 tahun untuk pemain di Liga 2. Komentar Anda?
Tentu saya berharap dan memohon agar PSSI mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut. Saya sudah menunggu lama untuk kembali memperkuat Persebaya.
Baik Persebaya maupun tim Liga 2 lain punya banyak pemain muda. Mereka pasti membutuhkan bimbingan dari pemain senior. Saya dan teman-teman yang sudah senior bisa membantu adik-adik kami agar lebih matang.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar