"Kita semua tahu bahwa Michael Essien merupakan pemain tengah. Karena sesuai dengan kebutuhan kami, yakni pemain asing untuk di lini tengah, jadi pilihan kami jatuh pada Essien."
Penulis: Andrew Sihombing/Fifi Nofita
Pernyataan pelatih Persib, Djadjang Nurdjaman, bisa menjadi gambaran peran Michael Essien untuk musim 2017 di kompetisi dalam negeri.
Jadi, jangan berharap melihat sang pemain beroperasi di sisi kanan pertahanan.
Posisi tersebut adalah salah satu pos terlemah Maung Bandung, sebagaimana yang pernah dilakukan Essien kala berseragam Real Madrid di bawah polesan Jose Mourinho pada musim 2012-2013.
Lantas, siapa yang akan kehilangan tempat di lini tengah akibat kedatangan pemain asal Ghana tersebut?
Untuk menjawab pertanyaan itu, ada baiknya lebih dulu membahas karakter permainan Essien yang membuatnya dikenal sebagai bintang bal-balan dunia.
Baca Juga:
- Tujuan Penguasaan Bola Saat Jadi Menu Utama Timnas Indonesia
- Lawan Barcelona, Juventus Butuh Pengkhianatan Alves
- Sadio Mane Main Rahasia dengan Ibunya
Saat tampil dalam kondisi terbaik, Essien tak dimungkiri merupakan salah satu gelandang box-to-box terbaik dunia dalam formasi 4-2-3-1.
Bila peran ini yang kembali diembannya di Persib, artinya satu dari tiga gelandang bertahan tim kebanggaan publik Jawa Barat akan benar-benar tersingkir dari tim utama.
Mungkinkah kali ini Hariono bisa tergeser setelah posisinya sebagai gelandang bertahan Persib tak tergantikan sejak 2008?
Seiring dengan kebugaran tubuhnya yang memburuk, Essien memang tak lagi dianggap layak memainkan peran sebagai gelandang perusak di kompetisi Eropa.
Hanya, melihat perbedaan level liga di Indonesia dengan Eropa, bukan tak mungfkin peran itu masih bisa saja diembannya dengan baik.
Ataukah Kim Jeffrey Kurniawan, yang belakangan sudah merebut hati bobotoh, yang bakal menjadi korban?
Jangan-jangan justru Dedi Kusnandar yang bakal menyesali keputusannya pulang ke Persib.
Padahal, duet Kim-Hariono sudah terbukti ciamik di TSC tahun lalu. Kombinasi Dedi-Hariono juga tak kalah bagus seperti terlihat di Piala Presiden 2017.
Nah, kerumitan yang dihadapi Djanur, sapaan sang pelatih, tentu akan semakin bertambah bila Persib betul-betul mendatangkan Raphael Maitimo sebagaimana santer diberitakan beberapa waktu terakhir.
Atau justru malah duet Essien-Maitimo yang bakal menjadi andalan?
Djanur memang menyebut bahwa Essien punya kemampuan sebagai gelandang serang. Hanya, pelatih yang pernah menimba ilmu kepelatihan di Italia ini mungkin berlebihan.
Si Bison tak punya kapasitas bola selayaknya Esteban Cambiasso, Fernando Redondo, atau Andrea Pirlo di posisi deep lying playmaker.
Tetapi, sekali lagi, menimbang level sepak bola di Indonesia, peran itu juga bisa jadi dimainkan oleh Essien dengan baik.
Lain ceritanya bila Djanur tak ingin membahayakan otot pertahanan. Soalnya, Essien sering terlambat kembali bertahan dan mungkin sudah tak sanggup lagi naik-turun membantu serangan serta pertahanan seperti dulu. Bila ya, Si Bison akan dimainkan lebih ke depan.
Kalau demikian, anak muda semacam Gian Zola boleh bakal gigit jari karena kesempatan bermain untuknya akan berkurang.
Shohei Matsunaga juga boleh jadi akan bernasib sama dengan Dedi, menyesali keputusan kembali ke Maung Bandung.
Shohei memang bisa bermain tepat di belakang striker tunggal.
Pemain asal Jepang yang disebut terakhir ini sedikit lebih beruntung karena bisa bermain sebagai penyerang sayap seperti diperankan di Piala Presiden 2017.
Artinya, pemain seperti Tantan yang akan tergusur ke bangku cadangan. Hanya, bila demikian, sumber gol dari sektor ofensif Persib berpotensi tergerus.
Sepanjang kariernya sebagai gelandang bertahan, Essien memang telah mencetak 53 gol. Tetapi, jangan lupa bahwa ia juga hanya mengemas tiga gol dalam 71 pertandingan bersama klub sejak musim 2011-2012.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar