Melempemnya sepak bola di Medan rupanya turut terjadi di kota-kota penyangganya. Situasi bal-balan di Kota Siantar, misalnya, bahkan disebut sudah memasuki fase memprihatinkan.
Penulis: Andrew Sihombing/Abdi Panjaitan
“Sepak bola di sini (Siantar) sudah mati suri. Banyak yang lari ke futsal karena tak perlu pelatih atau pembina, cukup bayar lalu bermain,” ujar Lindung Pasaribu, salah satu pelatih sepak bola di Kota Siantar.
Minimnya klub yang aktif, serta SSB dan pelatih menjadikan sepak bola Siantar sulit bergairah lagi.
Turnamen sepak bola memang masih ada, namun cuma sebatas antarpelajar atau Piala Wali Kota yang tanpa jenjang berkelanjutan.
"Program Askot PSSI Siantar sepertinya tidak berjalan. Padahal, dulu Djohar Arifin sendiri yang melantik kepengurusan PSSI di sini. Selain itu, kepala daerah kebetulan tidak gila bola juga," tutur Lindung.
Gengsi
Kota Siantar bukannya tak pernah menghasilkan pesepak bola berbakat. Sebut saja Riko Simanjuntak, eks PSMS Medan yang saat ini berseragam Semen Padang.
Eks pemain andalan Tim Ayam Kinantan, M Affan Lubis, juga berasal dari kota ini.
Pada era 1980 hingga 1990-an, Kota Siantar juga memiliki klub Persesi. Sejumlah klub dari China, Swedia, hingga Denmark, yang kebetulan melakoni tur ke Indonesia, sempat bermain di Stadion Martoba (sekarang Sangnawaluh) milik Persesi.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar