Kota Monako adalah tempatnya orang kaya. Konon, satu dari tiga penduduk adalah miliuner! Yacht supermahal dan anggur ratusan juta rupiah menjadi pemandangan biasa.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Tapi, tidak dengan klub sepak bolanya, AS Monaco. Setidaknya sebelum taipan asal Rusia, Dmitry Rybolovlev, datang dan mengubah wajah Monaco.
Situs finansial terkemuka, Bloomberg, merilis kekayaan sang pengusaha industri kimia itu bisa mencapai 9,4 miliar dolar AS atau setara 133 triliun rupiah.
Rybolovlev membeli sebagian saham Monaco pada 2011 dan mulai membelanjakan kekuatan uangnya. Dalam kurun 18 bulan, Monaco diangkat dari tim di posisi tiga terbawah Ligue 2 (kompetisi kasta kedua di Prancis) menjadi kampiun level tersebut dan promosi ke Ligue 1.
Era gila pun dimulai. Menyambut musim promosi, Les Monegasques menggila dengan berbelanja 160 juta euro, di antaranya merekrut James Rodriguez (45 juta euro), Radamel Falcao (43 juta), Joao Moutinho (25 juta). dan Geoffrey Kondogbia (20).
Semusim berselang, sang pemilik Ryobovlev dan Wakil Presiden Vadim Vasilyev membuat blunder. Asumsi awalnya, para superstar mahal dan terkenal bakal menarik simpati fan sekaligus sponsor.
Harapan tak terwujud. Sponsor komersial tak tereksekusi. Suporter yang diharapkan memadati Stade Louis II, dengan kapasitas cuma 16 ribuan bangku, tak juga bertambah.
Baca Juga:
Sampai saat ini, Monaco masih salah satu tim dengan jumlah kehadiran fan di stadion terkecil, cuma sekitar 9 ribu suporter.
Pemasukan tak bisa sebanding dengan pengeluaran. Pukulan telak bertambah lagi. Belanja gila-gilaan Monaco membuat UEFA semakin ketat memberlakukan Financial Fair Play.

Pada akhir musim comeback-nya Monaco di Ligue 1, Manchester City dan Paris Saint-Germain, dua tim dengan tradisi belanja yang sama dengan Monaco, dikenai sanksi oleh UEFA, baik pengurangan skuat di Liga Champion hingga denda.
Monaco lebih ekstrem lagi dalam menyikapi FFP. Mereka memutuskan untuk menjual para bintang! Mulai dari James ke Real Madrid pada musim panas 2014/15 dengan nilai 75 juta euro.
Setahun berselang, pintu keluar dibuka lebar. Monaco pun berubah layaknya sebuah butik yang berisi kumpulan barang mewah, menjadi gudang grosir penjualan pemain, yang untungnya dengan harga relatif lebih mahal.
Anthony Martial (50 juta euro), Geoffrey Kondogbia (36), Layvin Kurzawa (25), Aymen Abdennour (22), sampai Yannick Carrasco (18) dilego.
Mereka digantikan pemain muda yang lebih murah, tapi berpotensi. Diprediksi keteteran, musim ini Monaco malah bersinar terang. Vasilyev mengakui agak menyesal dengan penjualan para bintang, tapi dia lega telah melakukannya karena menjadi berkah terselubung buat kebangkitan Les Monegasques.
"Kami terlalu ekstrem mengikuti FFP. Klub lain menganggapnya tak serius dan memilih membayar denda. Sekarang, FFP malah bak sebatas panduan. Tapi, pada akhirnya semua berjalan baik bagi kami, menjadi salah satu alasan kami berubah dan mempunyai model seperti sekarang," katanya.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.750 |
Komentar