Menjadi pelatih di La Liga tidak mengenakkan, setidaknya untuk mereka yang berada di klub-klub papan bawah. Ambisi untuk bisa menghindari zona degradasi adalah faktor utama mengapa pelatih datang dan pergi.
Penulis: Dian Savitri
Tanyakan saja kepada Malaga. Musim ini, klub papan bawah Primera Division itu sudah tiga kali berganti pelatih.
Pada akhir musim lalu, Malaga harus melepas Javi Gracia. Pelatih berusia 46 tahun itu direkrut oleh klub Rusia, Rubin Kazan.
Berselang empat hari, pada 28 Mei 2016, pelatih veteran, Juande Ramos, ditunjuk sebagai pelatih baru Malaga.
Ramos, berusia 62 tahun, pernah menangani Malaga pada 2003-2004.
Banyak klub La Liga yang telah dia latih, termasuk Sevilla, Espanyol, dan Real Betis, dan Real Madrid.
Ia juga pernah menjadi Manajer Tottenham Hotspur.
Ketika ditunjuk oleh Malaga, Ramos sedang tidak melatih klub manapun. Klub terakhirnya adalah klub Ukraina, Dnipro Dnipropetrovsk, periode 2010 hingga 2014.
Namun, Ramos hanya 179 hari berada di Malaga. Ia undur diri pada 22 Desember 2016.
Posisi Malaga ketika itu adalah di peringkat ke-11. Penggantinya hadir enam hari kemudian, seorang pelatih asal Uruguay, Marcelo Romero.
Sebelumnya ia adalah asisten Ramos. Ia berada di klub itu sebagai asisten sejak 2014.
Akan tetapi, Malaga justru mengalami kemunduran sejak ditangani Romero. Posisi klasemen menjadi indikator paling nyata.
Karena Malaga malah berada di peringkat ke-15 setelah tujuh kalah dalam 10 laga, pelatih berusia 40 tahun itu pun dipecat 7 Maret lalu.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar