Asisten pelatih Indonesia U-22, Bima Sakti, menegaskan bahwa evaluasi melalui rekaman video bukan untuk menyalahkan pemain pada saat latihan.
Semenjak Luis Milla menukangi Indonesia U-22, beberapa inovasi coba dihadirkan pelatih asal Spanyol itu.
Inovasi ala Milla mencakup white line untuk 'mempersempit' lapangan pada sesi simulasi pertandingan hingga kamera yang digunakan untuk merekam latihan.
Khusus penggunaan kamera, Milla memang ingin memperlihatkan kepada para pemain bagaimana aksi mereka saat berlatih. Dari situ, pemain akan mengetahui plus-minus performa masing-masing.
Sejak seleksi tahap pertama hingga ketiga, sebuah action camera memang terpampang di arena latihan yang digelar di Lapangan Sekolah Pelita Harapan (SPH), Karawaci, Tangerang, Banten.
"Bagi tim pelatih, kami menggunakan hasil rekaman untuk kebutuhan analisis. Jadi, hasil evaluasi bukan untuk mencari-cari kesalahan pemain dan mempertontonkannya kepada pemain lain," kata Bima.
Baca Juga:
- Alexis Sanchez, Si Anak Tidak Ajaib Lawan FC Bayern
- Pembaca JUARA Jagokan Thierry Henry Gantikan Arsene Wenger
- Ivan Perisic, Sang Spesialis Gol Dobel Menuju Musim Tertajam
"Ada poin-poin yang harus para pemain perbaiki. Hal ini disesuaikan dengan apa yang diinginkan oleh Milla," ucap eks asisten pelatih Persiba Balikpapan itu.
Menurut Bima, evaluasi secara keseluruhan dalam tiga tahap seleksi meliputi bagaimana para pemain mesti mendistribusikan bola dan berpikir cepat saat berada di atas lapangan.
"Sirkulasi bola harus cepat saat menyerang. Milla tidak ingin lawan cepat menumpuk pemain area pertahanan saat para pemain berlama-lama dengan bola," tutur Bima.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | - |
Komentar