Ada sebuah hal yang sederhana yang digunakan pelatih timnas U-19, Indra Sjafri, sebagai acuan dasar dalam menilai potensi bibit pesepakbola andal. Yakni kendaraan yang digunakan sehari-hari. Ia juga menyebut mutiara pesepak bola ada di daerah.
"Pola hidup dan kehidupan anak-anak Indonesia itu beragam, dan semuanya sangat menentukan kualitas motorik mereka ketika beranjak dewasa," kata Indra Sjafri.
Dikatakan Indra, pada daerah pelosok di Indonesia, umumnya anak-anak mulai dari usia SD hingga sekolah menengah lebih memilih berjalan kaki ke sekolah ataupun ke mana-mana. Tetapi ada juga yang menggunakan sepeda.
"Kondisi faktual in berbanding terbalik dengan anak-anak kita yang ada di perkotaan, seperti Jakarta. Umumnya, mereka menggunakan kendaraan bermotor," katanya.
Baca juga:
- Comeback Barcelona Mirip dengan Sukses Patriots di Super Bowl
- Chelsea Segera Perpanjang Kontrak Antonio Conte
- Walcott Ungkap Perselisihan di Skuat Arsenal
Kebiasaan dan pola hidup ini menurut mantan pelatih Bali United ini sangat berpengaruh pada daya tahan dan kemampuan fisik seorang pemain bola.
Dalam hal ini, kualitas anak-anak dari pelosok pedesaan disebut jauh lebih unggul.
"Sebenarnya resep sederhana dan sangat rasional jika federasi benar-benar ingin melakukan pembinaan dan menjaring bibit berbakat dan fisik berkualitas," ujar Indra.
Hingga sekarang, faktor ini masih sering diabaikan para pemangku kepentingan sepak bola di Tanah Air. Beragam kompetisi usia dini dan remaja justru berkutat di ibu kota dengan alasan komersial.
"Justru daerahlah yang sangat membutuhkan kompetisi bagi anak-anak mereka. Di sanalah sebenarnya mutiara-mutiara terpendam itu. Hanya dengan kompetisi kita bisa mengangkat mereka," kata Indra.
Indra berharap federasi dan seluruh pemangku kepentingan sepak bola mau membuka diri untuk fokus mengadakan kompetisi-kompetisi usia dini di daerah.
"Semakin banyak kompetisi dan turnamen, maka akan semakin mudah kita mendapatkan bakat untuk timnas kelompok usia," ucap Indra lagi.
Menggelar seleksi di beberapa kota untuk mendapatkan talenta muda sepak bola dianggap sang pelatih bukan merupakan kegiatan yang efektif.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | - |
Komentar