Mencari sponsor utama sebuah klub untuk mengarungi kompetisi ternyata bukan pekerjaan mudah. Bahkan klub sebesar Persipura pun pasti mengamininya.
Penulis: Andrew Sihombing
"Sponsor tidak hanya mempertimbangkan nama besar klub, tapi tentunya dampak bagi bisnis mereka. Hal ini yang menyusahkan," kata Media Officer Tim Mutiara Hitam, Ridwan Bento Madubun, kepada BOLA selepas acara Anugerah Olah Raga Indonesia (AORI), Jumat (3/3/2017).
"Perusahaan melihat jumlah penduduk yang cuma 4 jutaan jiwa, itu pun sudah ditambah dengan Papua Barat, tidak cukup menggiurkan buat bisnis mereka," tuturnya.
Pencarian sponsor ini tak lepas dari pertikaian terkait izin kontrak karya antara pemerintah Indonesia dengan PT Freeport yang sudah menjadi sponsor resmi Persipura sejak 2012.
Dalam acara pemberian bonus 1 miliar rupiah pada awal Januari 2017 atas kesuksesan memenangi turnamen TSC, Persipura sempat melempar harapan agar perusahaan AS tersebut bersedia mengucurkan dana hingga 20 miliar sebagai sponsor utama.
Baca Juga: Terpilih Jadi Atlet Favorit AORI XXIX, Ini Komentar Boaz Solossa
"Tapi, dengan kondisi seperti sekarang jelas sulit. Kami juga memahami permasalahan yang tengah dialami oleh Freeport," ucap Bento.
"Hanya, memang tak mudah mencari pengganti. Persipura sudah mendekati 7 perusahaan selain Freeport dan Bank Papua, tapi tiga di antaranya sudah menolak," katanya.
Kondisi ini pula yang membuat manajemen berharap bisa menerima hak klub dari TSC. Menurut Bento, hak yang semestinya dipakai untuk membiayai anggaran klub belum juga diterima.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar