Tepat satu dekade berlalu sejak Barcelona terakhir kali gagal melaju ke perempat final Liga Champion. Kala itu, Liverpool menjadi tim yang memastikan langkah Barca terhenti di babak 16 besar setelah keduanya berbagi skor agregat 2-2.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
The Reds didaulat sebagai pemenang menyusul sepasang gol yang diciptakan Craig Bellamy dan John Arne Riise di Camp Nou pada leg I.
Upaya bangkit Barca di leg II saat ganti menyambangi Anfield hanya terwakili oleh gol tunggal Eidur Gudjohnsen.
Dalam rentang 10 musim ini, tak ada satu pun tim yang mampu menorehkan catatan seimpresif milik Barca berupa tiga titel juara, empat lakon di semifinal, dan dua penampilan di perempat final, Real Madrid sekalipun, yang meraih dua gelar juara, empat laga di semifinal, dan tiga aksi di 16 besar.
Kendati demikian, di saat Madrid berpotensi meneruskan tren positif mereka hingga pengujung musim 2016/17, Barca justru berada di ambang pintu keluar.
Baca Juga:
- Bersitegang dengan Rekan Setim, Alexis Sanchez Siap ke PSG?
- Terpilih Jadi Atlet Favorit AORI XXIX, Ini Komentar Boaz Solossa
- Ini Atlet Putra dan Putri serta Tim Terbaik 2016 Menurut Pembaca BOLA dan JUARA
Penyebabnya tak lain adalah kekalahan 0-4 di pertemuan pertama 16 besar ketika bertamu ke rumah Paris St. Germain.
Sepanjang sejarah LC tak pernah ada bentuk comeback sukses dari posisi defisit empat gol tanpa balas.
Jika mampu melakukan misi mustahil ini, Barca jelas akan menjadi yang pertama.
Luis Enrique sebagai arsitek pun akan terhindar dari predikat pelatih yang gagal meloloskan timnya ke perempat final dalam periode 10 tahun terakhir.
Terlepas dari apa pun hasilnya nanti, bisa dipastikan publik akan melakukan komparasi langsung atas kedua generasi yang terpaut satu dasawarsa itu. Baik itu letak persamaan maupun perbedaan.
Entah itu aspek permainan, strategi pelatih, hingga efek transfer di musim panas dan musim dingin. Well, ada baiknya kita simak perbandingannya sehingga bisa mencari tahu di mana saja letak perbedaannya.
STARTING XI BARCELONA 2006/07
1-Valdes (K); 11-Zambrotta, 5-Puyol, 4-Marquez, 21-Thuram (B); 20-Deco, 6-Xavi, 24-Iniesta (G); 19-Messi, 9-Eto’o, 10-Ronaldinho (P). Pelatih: Frank Rijkaard (Bld)
Gaya Bermain
Mengedepankan penguasaan bola dengan Xavi Hernandez sebagai motor penggerak utama tim. Xavi bertindak sebagai dirigen dari orkes indah Barca.
Di bawah kendalinya, seluruh pemain tahu kapan harus menekan pedal gas dan kapan harus menginjak pedal rem.
Jarak antarpemain masih sangat rapat, sehingga memungkinkan distribusi bola mengalir nyaris tanpa putus.
Kondisi ini bisa dieksekusi karena trio di tengah (Xavi-Deco-Iniesta) dikaruniai kapabilitas memegang bola di atas rata-rata. Para pemain depan pun memiliki kemampuan bertahan yang cukup baik.
Frank Rijkaard sebagai pelatih lebih berani mengambil keputusan di saat tim mengalami kebuntuan.
Ini bisa dilihat dari distribusi jam terbang yang cukup banyak bagi Eidur Gudjohnsen, Ludovic Giuly, bahkan Javier Saviola, selain bagi trio utama (Eto’o-Ronaldinho-Messi).
STARTING XI BARCELONA 2016/17
1-Ter Stegen (K); 20-Sergi Roberto, 3-Pique, 14-Mascherano, 18-Alba (B); 4-Rakitic, 5-Busquets, 8-Iniesta (G); 10-Messi, 9-Suarez, 11-Neymar (P). Pelatih: Luis Enrique
Gaya Bermain
Mulai meninggalkan dominasi penguasaan bola. Selain karena sudah tak memiliki Xavi Hernandez yang bisa mengatur ritme, Barca juga tak punya trio paten dan bugar sekaliber Deco dan Iniesta di lini tengah.
Ivan Rakitic, Andre Gomes, Denis Suarez, atau Rafinha belum bisa mengimbangi kualitas Sergio Busquets dalam hal ini.
Dibandingkan era Rijkaard, Barca di bawah Luis Enrique jauh lebih tajam. Jumlah gol terbanyak di era Rijkaard hanya menyentuh 80 gol (La Liga 2005/06), sedangkan dua musim perdana Enrique di La Liga (2014/15 dan 2015/16) mampu menghasilkan 110 dan 112 gol.
Lantaran kedahsyatan trisula Messi, Suarez, dan Neymar, Enrique menciptakan gaya yang lebih direct, di mana bola lebih sering disuplai langsung oleh barisan lini belakang.
Gol dengan derasnya mengalir berkat kecepatan lari trio MSN. Namun, imbas negatifnya, Enrique menjadi kurang berani memasang pemain pengganti.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.748 |
Komentar