Bagi pemain yang pernah dianggap sekadar pelapis dan dipinjamkan ke banyak klub termasuk pesaing, posisi di tim utama klub pemilik sudah merupakan keberhasilan. Jangan ditanya bila pada akhirnya kesabaran berbuah kontrak baru.
Penulis: Christian Gunawan
Lima tahun lalu, Victor Moses dibeli Chelsea dari Wigan dengan transfer sekitar 9 juta pound. The Blues cukup terkesan terhadap sayap yang bisa mencetak delapan gol liga dari 74 penampilan selama empat musim buat The Latics ini.
Kendati musim perdananya di Stamford Bridge tak buruk, Moses dipinjamkan ke Liverpool pada 2013-14. Sembilan start di bawah Brendan Rodgers membuatnya memilih kembali ke Chelsea. Namun, klub London Barat itu meminjamkan sang sayap lagi.
Stoke menjadi pelabuhan sementara Moses pada 2014-15. Masa peminjamannya di Stadion Britannia tergolong sukses. Pemain Nigeria itu bahkan menolak permintaan Jose Mourinho untuk kembali ke Bridge pada medio musim. Keputusan itu boleh jadi membuat Moses kembali dipinjamkan pada musim berikutnya, kali ini ke West Ham.
Sebelum kembali “menyingkirkannya", Chelsea toh masih memberikan perpanjangan kontrak untuk Moses. Eks pemain Crystal Palace itu diikat sampai 2019. Melalui masa peminjaman yang lumayan sukses, Moses menolak opsi kontrak permanen yang disodorkan West Ham.
Keputusan yang kemudian terbukti tepat.
Bagian Penting
Kedatangan Antonio Conte ke Chelsea menghadirkan babak baru dalam karier Moses. Mobilitas dan determinasi tinggi pemain berusia 26 tahun itu dalam membantu serangan atau pertahanan bermanfaat besar bagi perubahan yang diinginkan pelatih asal Italia itu.
Setelah Conte menampilkan pola 3-4-3 usai kekalahan dari Liverpool dan Arsenal, Chelsea melejit hingga berkesempatan besar menjadi juara lagi. Moses pun menjadi bagian penting dalam perjalanan menawan Blues musim ini. Ia selalu tampil di sebelas awal Blues sejak difungsikan sebagai sayap kanan dalam formasi itu.
Editor | : | Aloysius Gonsaga |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar