Stabilnya permainan Arema FC di Piala Presiden 2017 tidak lepas dari kejelian Aji Santoso. Pelatih berusia 46 tahun ini menerapkan konsep persaingan terbuka dalam menyusun komposisi tim inti. Jadi, setiap pemain mesti berpacu satu sama lain demi status reguler.
Penulis: Ovan Setiawan
Aji Santoso tidak secara instan mencari komposisi ideal Arema. Di fase grup, eks arsitek Indonesia U-23 itu barangkali terkesan masih meraba-raba susunan starter dengan beberapa kali melakukan bongkar-pasang pemain.
Laga perdana menghadapi Bhayangkara FC (5/2/2017) misalnya. Aji menurunkan lebih banyak pemain muda, mulai dari Bagas Adi Nugroho (bek), Nasir, Dedik Setiawan (gelandang), hingga M Rafly (penyerang).
Seiring perkembangan pemain muda Arema yang semakin oke, Aji mulai menemukan komposisi inti dengan menempatkan Bagas Adi sebagai tandem Arthur Cunha di jantung pertahanan serta Nasir dan Hanif Sjahbandi menjadi pilar lini tengah.
Dibandingkan dengan era Milomir Seslija, Arema saat ini memang lebih leluasa untuk melakukan rotasi. Aji bahkan tidak ragu untuk mencadangkan pemain yang melahap banyak menit bertanding di TSC 2016 seperti Dendi Santoso, Felipe Bertoldo, dan Syaiful Indra Cahya.
“Saya kira semua penghuni skuat Arema memiliki kesempatan yang sama, termasuk pemain muda. Asalkan bisa bersaing dan konsisten di level tertinggi, mereka layak mendapatkan kesempatan,” kata Aji.
Secara tidak langsung, regulasi PSSI yang mewajibkan minimal tiga pemain U-22 bertanding selama 45 menit pertama turut mengubah wajah Arema. Tetapi, dampaknya membuat Singo Edan lebih terbiasa melakukan rotasi.
“Bukan berarti mereka yang duduk di bangku cadangan itu jelek, tapi semua kami sesuaikan dengan kebutuhan tim dan siapa lawan yang akan dihadapi oleh Arema," ujar Aji.
Baca Juga:
- Miris, Mantan Lawan Andik Vermansah Jual Sepatu Emas demi Sembuh Cedera
- Juara Piala Liga, Man United Tetap Finis di Luar Zona Eropa?
- Gara-gara Selfie dengan Pemain, Remaja Ini Diseret ke Pengadilan
Konsekuensi
Kebijakan rotasi tampaknya menjadi bagian penting dalam taktik Aji, bahkan sebelum Piala Presiden 2017 lalu. Satu pemain menjadi korban persaingan ketat di Arema, yakni Ryuji Utomo. Dia memilih hijrah ke Persija Jakarta dengan harapan mendapatkan jam terbang lebih banyak.
Kini persaingan semakin ketat dengan adanya standar tinggi yang diterapkan oleh Aji. Dia tidak segan-segan mencadangkan nama-nama yang gagal menunjukkan level permainan teratas dalam sesi latihan maupun pertandingan.
Kerisauan sempat diutarakan Syaiful. Menempati pos bek kanan, dia merasa cukup berat untuk memperebutkan posisi inti seiring dengan bagusnya penampilan mantan pemain timnas Indonesia, Beny Wahyudi.
"Siapa yang tidak ingin menjadi pemain inti? Baru kali ini saya berada di bangku cadangan," ungkap Syaiful.
Namun, Syaiful bukanlah satu-satunya pemain yang merasakan beratnya persaingan. Masih ada Sunarto (striker), Arif Suyono (gelandang), serta dua pemain muda, Junda Irawan (bek) dan Dio Permana (gelandang).
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar