"Sejak dulu, saya memang menyukai sepak bola. Bahkan, saya lebih serius menggeluri sepak bola dibandingkan dengan sekolah. Hingga akhirnya satu hingga dua tahun belakangan saya menetapkan sepak bola sebagai pilihan hidup."
Penulis: Kukuh Wahyudi
Kalimat itu keluar dari mulut Hanif Sjahbandi. Remaja tersebut kini tengah berjuang menembus skuat utama SEA Gemas 2017 di bawah arahan pelatih Luis Milla.
Bila menelusuri rekam jejak Hanif kecil, ia sudah mempunyai minat berlebih di dunia kulit bundar.
Hanif pernah mengikuti ajang pencarian bakat bertajuk Manchester United Soccer School edisi 2011.
Ia pun terpilih menjadi yang terbaik di tahap awal dan mendapatkan tiket ke World Skills Final.
Baca Juga:
- Eks Anak Asuh Cetak Gol, Luis Milla Buka Suara
- Mourinho Anggap Undian Kontra FC Rostov Mimpi Buruk
- 5 Pemain yang Terlalu Cepat Pergi dari Man United
Selain itu, ia juga pernah menjalani trial di Stoke City pada 2012 dan sempat mencoba seleksi di Tokyo FC tahun lalu.
Dari mana minat Hanif di sepak bola muncul?
"Sebelum sekolah, dulu saya sering dibelikan hadiah bola mainan oleh Ayah. Dari situ berlanjut suka hingga bisa bermain sepak bola dan masuk SSB," ucap pemain kelahiran 7 April 1997 itu.
"Film-film kartun dulu juga banyak yang tentang sepak bola. Dari situ euforianya mengena dan berlanjut hingga kini," ujarnya melanjutkan.
Namun, saat kecil dulu, dirinya sama sekali belum terpikirkan menjadi pemain profesional seperti sekarang yang sempat berseragam Persiba dan kini membela panji Arema.
"Dulu, sepak bola hanya untuk senang-senang. Keputusan yang sulit harus saya ambil setelah tamat sekolah pada tahun 2014. Memilih antara sepak bola atau kuliah," kata pemain yang pernah menimba ilmu di SSB Two Touch Bekasi dan Indonesia Football Academy tersebut.
Grogi di Arema
Kerja keras dan fokus Hanif Sjahbandikini berbuah.
Pertama, ia naik kasta timnas. Setelah memperkuat Indonesia U-19 (2016), kini ia menjalani seleksi Indonesia U-22.
Buah kedua adalah memperkuat Arema.
Ia hampir tak percaya bisa direkrut oleh klub dengan sejarah mentereng seperti Arema.
Namun, Hanif justru merasa tertekan jika dipercaya tampil.
"Tekanan dari suporter mungkin sudah biasa. Suatu hal baru bagi saya adalah saat bermain bareng dengan Ahmad Bustomi, Ahmad Alfarizi, dan nama-nama besar lain. Saya grogi, takut salah oper bola atau kesalahan lain," tuturnya.
Meski begitu, Hanif merasa beruntung ternyata senior-senornya di Arema sangat baik terhadap pilar-pilar muda seperti dirinya.
Ia pun semakin betah dan kian bersemangat mendribel bola untuk berjaya di klub dan timnas.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar