Claudio Ranieri mengeluarkan pernyataan pertama setelah konfirmasi pemecatannya oleh Leicester City. Dalam komentar ini, dia menyebut bahwa mimpinya telah mati.
Leicester City resmi memecat Claudio Ranieri pada Kamis (23/2/2017). Hal itu dilakukan lantaran keterpurukan yang dialami klub beralias The Foxes hanya sembilan bulan setelah mengangkat trofi Premier League 2015-2016.
Di bawah polesan Ranieri musim ini, Leicester tertanam di peringkat ke-17 atau cuma segaris di atas zona degradasi.
"Kemarin, mimpi saya mati. Setelah euforia musim lalu dan mendapatkan mahkota juara, semua yang saya impikan adalah bertahan dengan Leicester. Menyedihkan hal ini tak terjadi," kata pria Italia berusia 65 tahun itu, dikutip BBC, Jumat (24/2/2017).
Tony Cottee says he can't get his head around the sacking of Claudio Ranieri. Watch here: https://t.co/8f7YxQu5aH pic.twitter.com/pIdfdFg83b
— Sky Sports News HQ (@SkySportsNewsHQ) February 23, 2017
Baca Juga:
- 3 Terbaik dan Terburuk di Kompetisi Eropa Akhir Pekan Kemarin
- Momen JUARA: Gol Penalti Antonin Panenka di Final Piala Eropa 1976
- Menpora: Tak Mungkin Cuma Mengandalkan Pemain Naturalisasi
"Petualangan musim lalu menakjubkan dan akan tetap saya kenang selamanya. Saya sangat berterima kasih kepada semua orang di klub, semua yang menjadi bagian prestasi kami, terutama pada suporter. Kalian mencintai saya dan saya mencintai kalian juga," ucap Ranieri mengapresiasi fans The Foxes.
Kisah indah setara dongeng yang dirangkai Leicester City saat juara musim lalu melambungkan nama Ranieri hingga menyabet penghargaan The Best FIFA Football Coach atau Pelatih Terbaik Dunia 2016 versi FIFA.
"Sungguh waktu yang penuh keajaiban dan kebahagiaan yang tak akan pernah saya lupakan. Sebuah kesenangan dan kehormatan menjadi juara bersama kalian semua."
Begitu lanjutan pernyataan emosional dari eks pelatih Juventus, Inter Milan, dan AS Roma tersebut.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BBC |
Komentar