Pemecatan Claudio Ranieri oleh Leicester City, Kamis (23/2/2017), menambah panjang daftar pelatih tim kampiun Premier League yang bernasib nahas setelah membawa klub mereka juara.
Claudio Ranieri didepak hanya sembilan bulan setelah menyutradarai dongeng kesuksesan Leicester City menjuarai Premier League 2015-2016.
Alasan utama manajemen The Foxes menyudahi ikatan dengan Ranieri didasarkan pada krisis performa yang drastis musim ini.
Jika musim lalu Leicester berpacu di jalur juara, kali ini Jamie Vardy cs berkutat dalam perlombaan menghindari jebakan degradasi.
Sampai pekan ke-25, Si Rubah berada di peringkat ke-17 dengan selisih cuma dua angka dari tim penghuni dasar klasemen, Sunderland.
Premier League winning managers since 2012:
Mancini - sacked
— Football__Tweet (@Football__Tweet) February 23, 2017
Sir Alex - retired
Pellegrini - sacked
Mourinho - sacked
Ranieri - sacked pic.twitter.com/QeIwdaXPs5
Pemecatan berbasis performa minor menjadi alibi yang wajar, tetapi banyak pihak yang menilai Ranieri semestinya mendapatkan kesempatan dan perlakuan lebih baik dari klub.
Pelatih berusia 65 tahun itu membawa Leicester meraih titel perdana di divisi teratas sepanjang 133 tahun sejarah pendirian klub.
"Setelah semua yang telah dilakukan Ranieri untuk Leicester, memecatnya sekarang adalah tindakan yang tak bisa dijelaskan, tidak termaafkan, dan menyayat hati," kata legenda The Foxes dan timnas Inggris, Gary Lineker, di BBC Sport.
Pemecatan Ranieri pun menimbulkan hipotesis adanya kutukan buat para pelatih pemenang gelar Premier League, yang dipersempit sejak 2012.
Karier mereka setelah juara berujung perpisahan dengan klub dan mayoritas berupa pemecatan. Contoh pertama ialah Roberto Mancini, yang membawa Manchester City juara Premier League 2011-2012.
#OnThisDay in 2009 Roberto Mancini was appointed as Manager of Manchester City. Forever a City Legend. pic.twitter.com/tugzHrU08l
— City Chief ️ (@City_Chief) December 19, 2016
Semusim berselang, saat kompetisi edisi anyar berjalan 10 bulan, Mancini sebagai pelatih tim juara bertahan dipecat walau kontraknya tersisa empat tahun lagi.
Meski tidak langsung semusim seperti Mancini, Manuel Pellegrini juga berpisah dengan Man City seusai mempersembahkan titel liga pada 2013-2014.
Pellegrini sempat membawa The Citizens finis di posisi runner-up (2014-2015) dan peringkat keempat (2015-2016) sebelum mengalah dan menyerahkan kursinya kepada Josep Guardiola.
Pengecualian terjadi pada Sir Alex Ferguson. Bukan dipecat, tapi dia pensiun setelah memberikan gelar edisi 2012-2013 bagi Manchester United.
Kendati masa bakti Sir Alex selesai secara baik-baik, tetap saja temanya sama-sama perpisahan.
Baca Juga:
- Audi Field, Stadion Anyar Klub Milik Erick Thohir
- 3 Terbaik dan Terburuk di Kompetisi Eropa Akhir Pekan Kemarin
- Willie Overtoom Berikan Jaminan ke Maung Bandung
Teraktual sebelum Ranieri, Jose Mourinho meninggalkan Chelsea hanya setengah tahun pasca-pesta mengangkat trofi EPL 2015-2016. Alasannya mirip dengan Ranieri.
Sebagai pembesut tim juara bertahan, Mourinho membuat Chelsea terpuruk di peringkat ke-16 sampai medio Desember 2015. Kini, kejadian serupa menimpa Ranieri.
Melihat pola runtut yang terjadi, legenda Man United, Gary Neville, sampai memunculkan isu. Jangan-jangan, musim depan giliran Antonio Conte yang dipecat!
Sejauh ini, Conte dengan Chelsea-nya memang menjadi kandidat terdepan juara Premier League 2016-2017. Mereka masih mantap di puncak klasemen dengan keunggulan 8 poin di atas tim runner-up, Man City.
Akankah Conte ikut didepak pada musim-musim mendatang seandainya dia sukses membawa The Blues kampiun tahun ini?
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | - |
Komentar