Buntut kekerasan yang terjadi di sekitar laga Dortmund dan Red Bull Leipzig dua pekan lalu memanjang. Sebelum sepak awal, sejumlah suporter BVB menyerang pendukung tim tamu dengan beberapa korban terluka termasuk dari pihak kepolisian.
Penulis: Christian Gunawan
Karenanya, Dortmund mesti melakoni laga menjamu Wolfsburg pada Sabtu (18/2) tanpa kehadiran penonton di tribune selatan, tribune berdiri terbesar di Eropa yang dikenal dengan Dinding Kuning.
BVB juga didenda 100 ribu euro.
Minggu lalu, masalah terkait pendukungnya masih dialami Dortmund. Pihak kepolisian menahan 88 hooligan BVB yang hendak bertandang ke Darmstadt. Dari tangan mereka, didapatkan senjata, obat-obatan terlarang, dan mercon.
DFB memberikan hukuman keras kepada ke-88 persona itu berupa larangan masuk ke stadion di seluruh Jerman.
Hanya, sanksi untuk Dortmund tanpa penonton di Sudtribune tak menghentikan para suporter perusuh.
Begitu pula segelintir orang bisa merugikan kelompok lebih besar yang tidak terlibat kekerasan.
Apa pun, Dortmund menuai akibatnya kendati baru berupa ancaman pembalasan.
Provokatif?
Hans-Joachim Watzke mengaku mendapatkan ancaman dari suporter Leipzig selama dua minggu terakhir. Chief Executive BVB itu menyebut beberapa dari sekian banyak.
“Bunyi surat ancaman mulai dari ‘Kami akan menggantung Anda’ sampai ‘Saat pergi ke timur Jerman, Anda bahkan takkan sampai di Sachsen’. Secara pribadi, saya bisa menghadapinya. Saya selalu mampu mengatasinya. Namun, menyedihkan karena melibatkan keluarga,” kata Watzke dikutip ESPN.
“Kecemburuan” klub tradisional seperti Dortmund terhadap Leipzig, yang merupakan klub kaya baru karena ditopang modal dari produsen minuman energi itu, menjadi awal tindak kekerasan.
Watzke pernah berujar bahwa Leipzig dibentuk “untuk menjual kaleng soda”.
Namun, ia menolak anggapan telah memprovokasi suporter Dortmund.
“Di Jerman, penting untuk bilang: ‘Saya mengaku bersalah’. Namun, saya tak merasa bersalah. Percayalah, saya selalu menimbang pernyataan secara serius dan kritis," ucap Watzke, yang tak merasa melecehkan siapa pun di Leipzig kendati mendukung kebebasan berpendapat selama tidak mendiskriminasi.
"Saya masih tak merasa ada yang menyulut kekerasan. Saya membenci kekerasan,” lanjutnya.
Apa pun itu, Dortmund telah mengidentifikasi Leipzig sebagai musuh. Begitu pula sebaliknya.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar