Selalu ada yang pertama. Pertanyaannya, siapa dan kapan? Mampukah Real Madrid menjadi yang pertama pada Juni mendatang?
Penulis: Riemantono Harsojo
Sejak diperkenalkan pada tahun 1992 untuk menggantikan European Champions Cup, UEFA Champions League (UCL) belum melahirkan tim juara yang mampu mempertahankan gelar di musim berikutnya.
Sejak 25 tahun lalu, ada empat klub yang tinggal sedikit lagi berhasil kembali mengangkat trofi Si Kuping Besar seperti setahun sebelumnya. Namun, empat klub itu selalu gagal.
Setelah juara musim 1993-1994, impian Milan digagalkan Ajax pada 1994-1995. Semusim berikutnya, Ajax gagal mengulang kesuksesan setelah takluk dari Juventus di partai puncak. Setelah itu, giliran Juve yang gagal di langkah terakhir.
Setelah menjadi pemenang di musim 2007/08, Manchester United mencoba mengulang kejayaan, tapi Barcelona lebih baik dari Iblis Merah di final 2008-2009. Sejak era Liga Champion, Real Madrid telah empat kali menjadi kampiun, yakni pada musim 1999/00, 2001/02, 2013/14, dan 2015/16.
Semusim setelah juara, jangankan mempertahankan gelar, melangkah sampai ke pertandingan final pun tidak pernah mampu dilakukan Madrid. Yang menarik, Los Blancos selalu mentok di babak semifinal. Bahkan pada semifinal musim 2002/03 dan 2014/15, klub yang bermarkas di Santiago Bernabeu itu selalu dikalahkan Juventus.
Mampukah Madrid kembali menembus babak semifinal dengan kali ini memenanginya lalu berjaya di partai puncak yang dimainkan di Stadion Millennium, Cardiff, Wales, pada 3 Juni?
Gareth Bale paling termotivasi untuk mencapai itu. Siapa yang tidak mau pesta di rumah sendiri setelah mencetak rekor? Cardiff adalah rumah sang sayap. Dia dilahirkan di sana pada 16 Juli 1989.
"Dapat bermain di partai final Liga Champion yang dimainkan di kota asal jelas memperbesar motivasi," kata Bale pada awal musim. Namun, Bale sekarang belum bisa membantu timnya karena masih belum dalam kondisi 100 persen fit setelah menderita cedera engkel.
Ancaman Napoli
Sebagai juara bertahan, Madrid ada di daftar teratas tim favorit juara UCL 2016-2017. Tim asuhan Zinedine Zidane begitu perkasa. Cristiano Ronaldo cs. tak terkalahkan dalam 40 pertandingan. Namun, setelah kalah 1-2 dari Sevilla pada 15 Januari, Madrid mulai goyah.
Tiga hari kemudian, Madrid kalah lagi dengan skor 1-2 dari Celta Vigo di Copa del Rey. Setelah hanya bermain imbang 2-2 di leg II, Los Blancos gagal ke semifinal. Namun, di La Liga pasukan Zidane mulai stabil lagi.
Setelah dikalahkan Sevilla, Si Putih mengalahkan Malaga 2-1 dan Sociedad 3-0. Kegagalan menjadi juara fase grup Liga Champion pada Desember lalu, kalah poin dari Borussia Dortmund, dapat membawa Madrid ke posisi sulit untuk mempertahankan gelar.
Namun, undian menempatkan sang raja Eropa ini bertemu tim yang tidak memiliki tradisi kuat di UCL, Napoli. Hanya, tim Italia itu tetap memiliki potensi menyingkirkan Madrid.
"Saya dapat mengatakan bermain melawan Real Madrid selalu sulit, tapi bermain melawan Napoli juga tidak mudah," kata mantan pelatih Madrid yang kini membesut Bayern Muenchen, Carlo Ancelotti, kepada Corriere dello Sport.
"Napoli tak mengejutkan saya. Saya mengikuti perkembangannya dan mereka bermain sangat baik. Mereka tetap tajam meski penyerang tengah (Arkadiusz) Milik cedera," ucapnya.
Sebelum memimpikan pesta di Cardiff, Madrid harus fokus ke Napoli
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar