Penunggakan gaji pemain adalah problem yang rutin merecoki sepak bola nasional setiap kali melangsungkan kompetisi resmi. Klub-klub Indonesia kerap abai memperhatikan kesejahteraan pasukannya.
Penulis: Indra Citra Sena
Ketiadaan sebuah lembaga independen yang mengurusi sengketa sepak bola membuat isu penunggakan gaji rawan terulang di masa depan. Hal ini barangkali memicu rencana pembentukan National Dispute Resolution Chamber (NDRC) di Indonesia.
NDRC merupakan salah satu program resmi FIFA di kawasan Asia dan Amerika. Indonesia dipilih sebagai salah satu lokasi uji coba pembentukan lembaga ini bersama Malaysia, Kosta Rika, dan satu negara lain yang belum ditentukan.
Langkah awal telah ditempuh. PSSI selaku otoritas sepak bola tertinggi di Indonesia melakukan pertemuan tertutup dengan perwakilan FIFA, Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro), dan Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia(APPI) pada Jumat (10/2/2017).
Topik pembahasan utama yaitu merumuskan draft regulasi NDRC Indonesia yang kemudian bakal diajukan ke FIFA. Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, menegaskan bahwa lembaga ini nantinya memiliki kewenangan penuh dalam menangani sengketa antara pemain dan klub.
“NDRC memang berada di bawah yuridiksi PSSI, tapi komposisi pengurusnya merefleksikan independensi dan keadilan karena terdiri dari representasi klub dan APPI,” kata Joko.
Baca Juga:
- Martial Siap Paksa Man United Keluarkan Uang
- Lawan Arsenal, Bayern Harus Jadi Diri Sendiri
- Ini Cagub Pilihan Radja Nainggolan di Pilkada DKI Jakarta 2017
Mengenai anggaran, Joko mengatakan FIFA mengucurkan 40.000 dolar AS (sekitar 533 juta rupiah) kepada PSSI. Dana ini ditujukan untuk menggelar seminar, mendatangkan pakar sengketa sepak bola dari luar negeri, menggodok regulasi, sampai NDRC Indonesia benar-benar berdiri.
“Proses masih panjang, termasuk menentukan siapa kandidat dari klub dan APPI yang layak menjabat ketua dan wakil ketua NDRC. Saya berharap lembaga independen ini bisa terbentuk sebelum kalender 2017 berakhir,” ujar Joko.
Aib Negara
Kasus penunggakan gaji sudah sepatutnya ditangani secara serius karena dampaknya bukan cuma dirasakan oleh pemain lokal, melainkan juga legiun asing. Fernando Soler (Argentina) dan Diego Mendieta (Paraguay) adalah sepasang nama yang sempat menyita perhatian khalayak luas beberapa waktu lalu.
Soler tak digaji Persebaya 1927 selama delapan bulan pada 2013. Dia beserta istri dan tiga anaknya bahkan sampai diusir paksa dari tempat tinggal mereka karena sudah tak memiliki uang untuk membayar iuran sewa.
Mendieta lebih miris. Dia meninggal dunia akibat tak mampu melunasi biaya perawatan penyakit ganas yang ia derita pada pengujung 2012. Diketahui bahwa gajinya selama empat bulan belum dilunasi Persis Solo.
Cerita-cerita miris tersebut mencoreng nama baik Indonesia di mata internasional. Keberadaan NDRC Indonesia dalam waktu dekat ibarat titik terang bagi kasus-kasus tunggakan gaji yang berpotensi terjadi lagi di masa depan.
“Spiritnya adalah meminimalkan sengketa antara klub dengan anggota APPI sehingga kedua entitas ini bisa bersatu demi kemajuan sepak bola Indonesia,” ucap Djoko lagi.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar