Keberhasilan meraih hadiah penalti sering dirayakan secara berapi-api. Seolah-olah gol sudah pasti akan datang kendati bola belum jua ditendang. Faktanya, menendang penalti tak semudah yang dibayangkan.
Penulis: Sem Bagaskara
Pada pekan ke-23 kemarin di Serie A, terdapat dua algojo yang gagal menunaikan tugasnya. Sepakan Gianluca Caprari (Pescara) dari titik putih dihentikan Federico Marchetti (Lazio), sementara eksekusi Iago Falque (Torino) mampu dijangkau Lukasz Skorupski (Empoli).
"Pada tendangan penalti berikut saya akan mengalahkannya. Saya sudah bilang kepada pelatih Massimo Oddo," kata Presiden Pescara, Daniele Sebastiani, menyikapi kegagalan Caprari mengeksekusi penalti.
Sebastiani sangat pantas merasa sebal. Soal tendangan penalti, Pescara adalah yang paling sial. Il Delfi ni tujuh kali memperoleh tendangan penalti di Serie A 2016-2017. Namun, hanya dua penalti yang berhasil mereka konversi menjadi gol!
IL Fotogol di @GianlucaCaprari @SerieA_TIM #PescaraCagliari #ForzaPescaraSempre pic.twitter.com/xzANy44MFw
— Pescara Calcio (@PescaraCalcio) December 5, 2016
Ledian Memushaj dan Cristiano Biraghi sama-sama telah dua kali menyia-nyiakan kesempatan mencetak gol dari titik 12 pas.
Kegagalan Caprari pekan lalu menambah panjang deret peruntungan buruk Il Delfini soal menendang penalti.
Pescara dibuntuti oleh Torino, yang musim ini empat kali gagal mengonversi penalti menjadi gol. Masalah Torino kian pelik karena seolah tidak ada kejelasan soal siapa eksekutor utama.
Baca Juga:
- Leicester dan 5 Contoh Kemunduran Terbesar di Dunia Olahraga
- Momen JUARA: Gol Penalti Antonin Panenka di Final Piala Eropa 1976
- Firman Utina Merasa Jadi Muda Lagi
Andrea Belotti di atas kertas merupakan pilihan pertama. Tapi, ketika melawan Milan (2-2) dan Empoli (1-1), jatah Belotti diserobot Adem Ljajic dan Iago Falque.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar