Mantan Direktur Teknik PSSI, Pieter Huistra, mengungkapkan rahasia sederhana menyoal sepak bola. Menurut pria asal Belanda itu, kunci untuk mengembangkan kompetensi pemain adalah kompetisi.
Hal itu dikatakan kembali oleh Deputi Sekjen PSSI bidang Sepak Bola, Fanny Riawan, saat berjumpa dengan wartawan Tabloid BOLA dan JUARA, beberapa waktu lalu.
"Saya pernah bertanya kepada Pieter Huistra tentang rahasia sepak bola. Menurut dia, adanya kompetisi menjadi yang utama," ucap Fanny.
Kala itu, kata Fanny, Huistra mengambil contoh klausul kontrak Cristiano Ronaldo saat direkrut Manchester United dari Sporting Lisbon.
"Dalam klausul tersebut, Ronaldo harus dimainkan dalam 50 persen laga United. Jika tidak, transfer tersebut enggan direstui pihak Sporting," tutur Fanny, menceritakan lagi.
Berkaca dari hal itu, PSSI era sekarang memang fokus untuk membina sepak bola sejak level akar rumput. Untuk itu, PSSI berencana untuk menggelar kompetisi mulai dari strata umur U-15.
Baca juga:
- Dua Datang, Persija Seleksi Tiga Pemain Impor di Piala Presiden 2017
- Philipp Lahm akan Pensiun pada Akhir Musim
- Buat Kejutan, Yantoni/Gischa Susul 2 Pasangan Senior ke Babak Kedua
"Tahun ini, kami ingin membangun kompetisi untuk U-15. Prioritas kami adalah menanam dan itu dilakukan dengan program yang bisa diaplikasi dengan baik," ucap Sekjen PSSI, Ade Wellington.
Akan tetapi, PSSI belum merealisasikan kompetisi junior untuk kelompok umur U-19. Sejauh ini, PSSI baru membuat kompetisi untuk U-17 dalam Piala Soeratin. Sementara itu, kompetisi U-21 diikuti tim muda klub-klub kasta teratas Liga Indonesia.
Artinya, ada jarak yang terlalu jauh dari U-17 ke U-21. Anak-anak muda tersebut pun tentu belum siap jika dipaksakan untuk langsung tampil di tingkat profesional.
Di level tim nasional (timnas), PSSI yang kini berkiblat ke sepak bola Spanyol, berupaya untuk menyamakan gaya bermain Indonesia U-15 hingga tim senior Indonesia.
Melihat keinginan PSSI tersebut, timnas Indonesia berpotensi akan lebih sering menggunakan umpan-umpan pendek dalam pertandingan. Sayangnya, masih banyak lapangan di Indonesia yang tidak rata.
"Jadi, tidak ada yang hilang dari sentuhan permainan antar-kelompok pada timnas. Pelatih pun nanti lebih mudah untuk menerapkan taktik," tutur Ade.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | - |
Komentar