Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Manchester City, Akibat Terbuai 10 Kemenangan Beruntun

By Sabtu, 4 Februari 2017 | 06:15 WIB
Manajer Manchester City, Josep Guardiola, mendampingi anak-anak asuhnya dalam laga Premier League kontra Hull City di Stadion KCOM, Hull, Inggris, 26 Desember 2016.
MATTHEW LEWIS/GETTY IMAGES
Manajer Manchester City, Josep Guardiola, mendampingi anak-anak asuhnya dalam laga Premier League kontra Hull City di Stadion KCOM, Hull, Inggris, 26 Desember 2016.

Sebelum Chelsea melejit dengan deret kemenangan dan menjadi kandidat terdepan peraih gelar juara, Manchester City sudah lebih dulu melakukannya. The Citizens menggoreskan 10 kemenangan beruntun, enam di antaranya di liga, di 10 laga pertama.

Penulis: Christian Gunawan

Sangat wajar bila kala itu Manchester City menjadi favorit. Selain bertabur bintang, klub itu kini diracik Pep Guardiola, pelatih dengan reputasi mengesankan.

Namun, City seperti menaiki wahana roller-coaster setelah menang atas Swansea di Premier League pada 24 September, laga kesepuluh.

Klub kaya raya ini membuat 11 kemenangan lagi, tapi juga tujuh kali imbang dan tujuh kali menelan kekalahan di 25 partai berikutnya.

Melihat kelanjutan yang tak seindah awal musim, Guardiola menilai dirinya melakukan kesalahan besar: terlena karena deret kemenangan awal musim tersebut.


Manajer Manchester City, Josep Guardiola, tampak kecewa di pinggir lapangan dalam pertandingan Premier League 2016-2017 menghadapi Tottenham Hotspur di Stadion Etihad, Manchester, Inggris, pada Sabtu (21/1/2017).(ALEX LIVESEY/GETTY IMAGES)

Ia mengira telah menguasai sepak bola Inggris dan para pemain telah meresapi falsafahnya dalam tempo singkat.

“Saya pikir kami belajar banyak. Kami meningkat di awal musim, lalu berhenti. Mungkin ini terdengar saya sedang merendah, tapi penampilan buruk kami akibat kesalahan saya. Saya cukup yakin kami memulai musim secara baik dalam banyak hal, tapi kini kami mandek,” ucap Pep dikutip UKPA.

Sang bos tenar karena mampu membuat Barcelona menerapkan tiki-taka yang tersohor itu. Sekian banyak gelar diraih Barca saat dan setelah ditangani Pep berkat gaya itu.

Bayern Muenchen, klub Pep berikutnya, juga bisa menyajikan permainan operan pendek itu dalam taraf tertentu untuk setidaknya menguasai Bundesliga.

Baca Juga:

Man City menghasilkan tantangan yang berbeda buat orang Spanyol itu. Pemahaman City tak bisa seinstan dua klub sebelumnya itu.

Sambil berupaya menularkan pemikirannya, Guardiola menyatakan dirinya yang mesti beradaptasi.

“Kadang kala kami mesti lebih sering melakukan hal yang sama. Jika sering melakukannya, tim mesti mengubah banyak variasi. Saya percaya kami punya kemampuan itu, tapi tak demikian dengan para pemain. Jadi, saya mesti menyesuaikan diri," ujar Pep sambil menegaskan bahwa dirinya memiliki ambisi besar.

Dengan sekian banyak laga, tak banyak waktu, tapi di sanalah letak kesenangannya. Akan membosankan bila setiap pemain sudah mentok,” katanya.

[video]http://video.kompas.com/e/5303681813001_v1_pjuara[/video]

Manchester City sampai pekan ke-23 berada di posisi kelima. Mereka tertinggal 10 poin dari Chelsea yang nyaman di pucuk klasemen, tapi defisit satu poin saja dari peringkat kedua, Tottenham.

Pep mengutarakan kekaguman terhadap kedua rival.

“Tottenham dan Chelsea adalah yang terbaik saat ini perihal pergerakan pemain. Kedua tim tahu persis apa yang harus dilakukan. Kami masih belum berada di tahapan itu sehingga belum bisa tampil secara konsisten,” kata Pep.


Manajer Manchester City, Josep Guardiola (kedua dari kiri), memeluk Sergio Aguero seusai The Citizens menang atas Burnley dalam laga Premier League di Stadion Turf Moor, Burnley, Inggris, 26 November 2016.(ALEX LIVESEY/GETTY IMAGES)

Walau sang bos "cemburu" terhadap tim lain, para fan City bisa berharap Pep takkan meninggalkan falsafahnya. Namun, beban Pep akan semakin berat musim depan.

Dante, bek Nice yang pernah bermain di bawah arahan Pep di Bayern, mendukung sang arsitek untuk bisa mencatat kesuksesan di Stadion Etihad.

“Pep adalah pelatih yang bekerja dengan seratus persen komitmen terhadap filosofinya. Jadi, para pemain mesti memahami filosofi itu seratus persen pula. Tentu saja permainan di Inggris lebih berat dan bertenaga," ucap bek tengah asal Brasil itu di FourFourTwo.

"Mungkin ia akan merasa tahun pertama berjalan berat, tapi begitu para pemain mampu menyesuaikan diri dengan falsafahnya, terhadap cara berpikirnya, mereka akan membaik,” katanya.

[video]http://video.kompas.com/e/5303656991001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Beri Bagja
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X