Setelah absen selama dua edisi Piala Afrika, Mesir menandai kembalinya mereka di edisi ini dengan melangkah jauh sampai ke semifinal. Pada Minggu (29/1/2017) Mesir berhasil mengalahkan Maroko dengan skor tipis 1-0.
Penulis: Hizrian Maladzan
Pertandingan ini juga menjadi ajang adu dua pelatih dengan ambisi berbeda: Hector Cuper (Mesir) dan Herve Renard (Maroko). Di satu sisi, Cuper ingin mengejar trofi kedelapan untuk Mesir di ajang ini.
Tujuh gelar milik Mesir sendiri sudah rekor.
Sementara itu, Renard ingin menjadi pelatih pertama yang dapat membawa tiga negara berbeda memenangi trofi Piala Afrika. Sebelumnya, Renard sudah membawa Zambia ke tangga juara pada tahun 2012 dan Pantai Gading di tahun 2015.
Dari awal pertandingan, kedua kubu menunjukkan tekad tersebut dengan masing-masing kesempatan berbahaya.
Pemain Mesir, Mahmoud Hassan atau lebih dikenal dengan nama Trezeguet, hampir mencetak gol ketika Medhi Benatia gagal menghalau bola dari sepak pojok.
Namun, usaha Trezeguet tersebut digagalkan oleh penyelamatan gemilang kiper Maroko, Munir. Hal yang sama juga hampir terjadi ke gawang Mesir ketika bola liar disundul oleh pemain Maroko, Romain Saiss. Namun, bola tersebut masih melayang di atas mistar gawang.
Gol kemenangan Mesir baru tercipta di pengujung laga, menit ke-87, ketika Mahmoud Abdel-Moneim memanfaatkan bola kemelut depan gawang Maroko.
Tendangan volinya tak dapat dihalau oleh penjaga gawang Munir yang tampil sangat cemerlang sepanjang pertandingan.
Pertandingan ini juga mencatat Mesir sebagai satu-satunya tim yang belum kebobolan sepanjang turnamen. Namun, tidak hanya menjadi tim dengan jumlah kebobolan paling sedikit, Mesir juga menjadi tim dengan jumlah gol bola paling irit di antara para semifinalis.
Dari empat pertandingan, Mesir hanya mencetak tiga gol, dengan rataan 0,75 gol per pertandingan. Di semifinal, Mesir akan berhadapan dengan Burkina Faso yang mengalahkan Tunisia 2-0 di babak perempat final.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar