Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (Kabid Binpres PP PBSI) Susy Susanti menilai seluruh negara fokus memperbaiki regenerasi pada setiap sektor pasca-Olimpiade Rio 2016.
"Setelah Olimpiade, banyak atlet elite pensiun. Karena itu, setiap negara merombak susunan pemain demi regenerasi," kata Susy kepada JUARA, Selasa (31/1/2017).
"Kami juga bertindak cepat dalam menyusun pemain yang masuk pelatnas, khususnya di tunggal putri. Saya lihat pembinaan sebelumnya agak lambat sehingga harus mulai diaktifkan lagi agar pemain muda siap menggantikan seniornya," tutur Susy.
Menurut Susy, mayoritas setiap negara tengah membentuk formasi pemain terbaik untuk masa mendatang sehingga menjadi kesempatan bagi pemain Indonesia untuk mengejar ketinggalan dalam persaingan bulu tangkis dunia.
"Setelah mindset diperbaiki, pemain juga perlu menambah pengalaman dengan mengikuti banyak turnamen," ujar Susy.
Susy mencontohkan, pebulu tangkis India, Pusarla Venkata Sindhu (21), yang usianya tidak jauh dari Hanna Ramadini dan kawan-kawan bisa meraih medali perak Olimpiade karena lebih kaya pengalaman.
"Hal ini membuat rasa percaya diri Sindhu meningkat yang ditunjang dengan kondisi fisik dan kemampuan teknik," ucap Susy.
Disinggung mengenai postur tubuh tunggal putri Indonesia yang kecil, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini mengatakan kondisi tersebut bisa diantisipasi lewat kekuatan fisik.
"Intinya adalah bagaimana menutupi kekurangan dengan cara meningkatkan kelincahan dan kekuatan seperti Akane Yamaguchi dan Nozomi Okuhara (Jepang) yang memiliki postur kecil," ujar Susy.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar