Proses dan kerja keras. Tidak cuma sekali Luis Milla menekankan kedua hal tersebut saat resmi diperkenalkan sebagai pelatih timnas senior sekaligus Indonesia U-22 di kantor PSSI, Grand Rubina, Kuningan, Jakarta, Jumat (20/1/2017).
Penulis: Andrew Sihombing
Dengan kontrak berdurasi dua tahun, target yang dibebankan pada suksesor Alfred Riedl itu tidak main-main.
Selain langsung diharapkan bisa mempersembahkan medali emas sepak bola SEA Games 2017, Milla juga harus bisa membawa Tim Merah Putih finis di empat besar Asian Games 2018 saat bertindak sebagai tuan rumah.
“Sebenarnya, terlalu dini berbicara soal target karena saya baru dua hari di Indonesia. Bahkan hingga kemarin (Kamis), saya tidak tahu akan ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia,” kata Milla.
Baca Juga:
- Maitimo Dukung Program Naturalisasi, tetapi Bukan Asal Pilih
- AIA Championship Kembali Digelar, BePe Ditemani Firman Utina
- Presiden Joko Widodo Setuju, Proses Naturalisasi Ezra Walian Tergolong Cepat
Sebagai pelatih yang membawa timnas Spanyol U-21 menjadi kampiun Eropa pada 2011, Milla mungkin menganggap titel di level SEA Games bukan perkara sulit. Tetapi, target ini sebenarnya tidak mudah juga.
Kejayaan terakhir bal-balan Indonesia di pesta olah raga Asia Tenggara terjadi pada edisi 1991 alias lebih dari seperempat abad silam.
Target ini menjadi kian tidak sederhana mengingat SEA Games 2017 berlangsung pada Agustus.
Dalam tempo enam bulan, mungkinkah Milla membentuk tim yang kompetitif di saat ia sendiri mengakui tidak tahu banyak soal sepak bola Indonesia dan Asia Tenggara?
Bagaimana dengan Asian Games? Setali tiga uang.
Sejak diterapkannya aturan pembatasan usia (U-23) pada 2002, satu-satunya penampilan Indonesia di babak utama adalah saat lolos ke perdelapan final edisi 2014.
Tentu waktu tidak akan menjadi sahabat karib Milla di timnas. Padahal, sebagaimana dikatakan Direktur Teknik Timnas, Danurwindo, sang pelatih juga punya misi besar.
“Milla merupakan pelatih yang mengandalkan data. Semua program ditata dengan baik, mulai dari persiapan hingga gaya bermain. Dia juga ingin menerapkan sepak bola pintar. Pemain harus bisa menganalisis permainan, cepat mengambil keputusan, dan melakukan eksekusi dengan baik,” ucap Danurwindo.
"Milla berasal dari akademi La Masia dan besar di bawah Johan Cruyff di Barcelona. Permainan menyerang yang dibawa Cruyff inilah yang akan diterapkan Milla di timnas," tuturnya.
Milla saat ini sudah berada di negara asalnya. Eks komandan Zaragoza ini dijadwalkan kembali ke Jakarta pada 31 Januari untuk membeberkan semua program detail, termasuk agenda uji coba di dalam dan luar negeri.
Milla juga kemungkinan membawa dua asisten pelatih untuk membantunya di timnas. Pelatih berusia setengah abad ini berniat bisa mulai bekerja pada 8 Februari.
“Yang jelas, tujuan saya adalah memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Target ini baru bisa dicapai lewat proses dan cara kerja yang dirumuskan dengan baik,” ucap Milla.
"Saya ingin mengeluarkan kemampuan terbaik dari setiap pemain di timnas dan membantu mereka dengan menggunakan seluruh sumber daya. Bila bekerja keras dan giat, kita boleh yakin bisa meraih target tertinggi dengan cara ini," katanya.
Faktor kerja keras ini juga yang disampaikannya pada Danurwindo.
“Saya menceritakan pada Milla tentang peta kekuatan sepak bola Asia Tenggara, di mana Thailand masih ada di posisi nomor satu, lalu Vietnam, kemudian Indonesia,” kata Danurwindo.
"Milla menjawab bahwa hal ini berarti dia mesti bekerja keras untuk membalikkan posisi tersebut," ucapnya.
Kalau begitu, selamat bekerja keras, senor!
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar