Liverpool masih tercatat sebagai klub pengumpul gelar terbanyak di Piala Liga. Namun, relasi The Reds dengan ajang ini tak selalu bagus. Juergen Klopp akan mencoba memilih antara mengikuti jejak Rafael Benitez di satu sisi atau menjauhi kiprah Gerard Houllier dan Kenny Dalglish di sisi lain.
Penulis: Christian Gunawan
Musim lalu, Liverpool mencapai final Piala Liga, tapi kalah di tangan Manchester City. Beberapa bulan kemudian, Klopp menatap kekalahan di final keduanya bersama The Reds, yakni di laga puncak Liga Europa dari jawara kompetisi itu, Sevilla.
Terkait Houllier dan Piala Liga, jalan Klopp agak berbeda dibandingkan pelatih asal Prancis itu. Piala Liga adalah trofi pertama yang dipersembahkan Houllier buat Si Merah. Final 2001 berakhir dengan kemenangan Merseyside Merah atas Birmingham. Liverpool mengakhiri musim dengan menyandingkan gelar itu bersama dua gelar lagi, Piala FA dan Piala UEFA.
Dua musim berikutnya, Si Merah besutan Houllier kembali menang di final Piala Liga. Kesuksesan itu terasa manis sebab gelar datang berkat kemenangan atas rival bebuyutan, Manchester United. Akan tetapi, gelar itu berlanjut dengan pencapaian jeblok Liverpool di liga semusim berikutnya.
Reds tertinggal 30 poin dari juara liga musim itu, Arsenal. Houllier dilepas pada 2004, setahun setelah memberikan Piala Liga kedua buat Liverpool. Setahun kemudian, Liverpool kandas di laga puncak. Steven Gerrard cs. kalah dari Chelsea lewat perpanjangan waktu.
Namun, kekalahan di Stadion Millenium itu dilupakan beberapa bulan kemudian, setelah membawa trofi kelima Liga Champion melalui kemenangan fantastis atas AC Milan di Istanbul. Nama Rafael Benitez pun mendapat tempat tersendiri di hati publik Anfield.
Klopp boleh jadi ingin seperti Benitez: kalah di final Piala Liga, tapi bisa meraih trofi yang lebih besar. Houllier berkebalikan, begitu juga dengan Dalglish beberapa tahun kemudian.
King Kenny adalah sosok yang dihormati Liverpool. Sebagai pemain, dan kemudian merangkap sebagai manajer, pria Skotlandia ini memberikan sedemikian banyak gelar untuk Si Merah. Saat mencoba merangkul masa lalu gemilang, Liverpool berpaling kepada Dalglish.
Namun, persembahan trofi Piala Liga 2012, satu-satunya setelah kembali ke Anfield, juga tak berhasil mempertahankan sang legenda hidup di kursi kepelatihan Reds. Di akhir musim itu, King Kenny digantikan dengan Brendan Rodgers.
Kira-kira apa yang ada di benak Klopp mengetahui hubungan unik manajer Liverpool dengan Piala Liga setelah era Premier League?
Beruntung
Setelah kekalahan di final musim lalu dari City via adu penalti, Klopp mengatakan akan mengambil pelajaran.
“Kita bisa terjatuh, tapi mesti bangkit. Hanya idiot yang tetap mencium tanah. Kami mesti merasakan pahitnya kekalahan dan tidak mengulanginya,” ucap pria Jerman itu.
Klopp belum memenuhi ucapannya di final Liga Europa, menyatakan bertanggung jawab, dan kembali mengutarakan janji menggunakan kekalahan itu untuk menjadi lebih kuat.
Musim ini, realisasi terhadap janji itu mulai terlihat. Liverpool, dengan permainan menekan yang menyulitkan lawan-lawannya, menjadi salah satu kandidat juara liga, dan masih memelihara peluang di dua kompetisi piala.
Piala Liga, kini bernama EFL Cup, sekali lagi berkesempatan menjadi trofi pertama yang bisa diberikan Klopp untuk Si Merah. Namun, Liverpool mesti melewati Southampton untuk bisa ke final di Wembley pada 26 Februari nanti.
Tugas yang sama sekali tak mudah, terutama bila melihat performa Reds di leg I di St. Mary’s. Klopp tak bisa menyembunyikan kelegaannya Liverpool tidak kalah lebih telak daripada 0-1. Sangat mungkin eks bos Dortmund itu mengetahui keberuntungan masih menaungi dirinya.
Southampton mendominasi laga itu. Nathan Redmond, pencetak gol tunggal, bisa membuat hattrick jika saja Loris Karius, kiper yang kehilangan posisinya karena performa buruk di liga, tak menjawab kritik pedas ke arahnya.
“Hasil ini terbaik ketiga. Kami bisa menang, imbang, atau kalah 0-1,” ucap Klopp soal hoki timnya.
The Telegraph menyebut masalah Liverpool di laga itu adalah ketimpangan antara tim inti dengan pelapis, walaupun Karius adalah pemain terbaik Reds di St. Mary's seperti diakui Klopp.
“Kami tidak cukup kompak. Kami seharusnya membuat operan yang lebih terarah,” ucap pelatih berusia 49 tahun itu, kali ini membenarkan kekurangan Reds dalam hal tim yang tidak cukup dalam.
Klopp berkata bahwa Liverpool akan berbeda di leg II di Anfield pada Rabu (25/1). Jika berusaha menepati janjinya untuk tidak berada dalam kejatuhan terusmenerus, sang manajer mesti membuat Reds lolos ke final. Selanjutnya, pria ekspresif itu akan memutuskan bahwa dirinya akan menantang kutukan Piala Liga bagi manajer Liverpool.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar