Indonesia membawa pulang gelar juara umum Formula 4 South East Asia (F4 SEA) 2016-2017 lewat pebalap muda Presley Martono.
Prestasi tersebut akan lebih komplet jika disertai dengan kehadiran para mekanik Indonesia di belakang sukses Presley. Nyatanya, tidak ada mekanik Indonesia di ajang ini.
"Sebetulnya, mekanik-mekanik Indonesia itu bagus-bagus. Cuma, masalahnya adalah komunikasi karena kendala bahasa," kata ayah Presley, Perry Martono, yang selalu mendampingi sang anak saat balapan.
Pada F4 SEA 2016-2017, mekanik yang terlibat datang dari Malaysia, Thailand, Filipina, bahkan ada yang dari Spanyol dan Perancis.
"Menjadi mekanik memang berat karena harus bekerja keras dari pagi sampai malam. Bahkan, kadang-kadang mereka tidak sempat tidur," ujar Perry lagi.
Perry juga menjelaskan bahwa untuk tim gokart miliknya, dia selalu memakai mekanik dari Indonesia.
"Saya selalu bawa mekanik Indonesia saat Presley ikut balapan gokart di Eropa. Skill mereka tidak kalah dengan yang dari Eropa. Mekanik kita bagus-bagus, apalagi untuk motor, waduh, mereka top-top," ujar Perry.
Menurut Perry, para mekanik dari Indonesia kebanyakan masih mengandalkan jam terbang, bukan teori. Dia yakin, jika mereka bisa belajar lebih banyak teori lalu dikombinasikan dengan jam terbang, hasilnya akan luar biasa.
"Mereka sulit belajar teori karena masalah bahasa. Saya sebenarnya pengin sekali pakai mekanik Indonesia untuk balapan-balapan Presley," kata Perry.
"Karena pada F4 SEA musim ini tidak ada, pokoknya saya maunya mekanik dari Asia, karena itu membuat saya merasa lebih bangga. Presley tidak pernah pakai mekanik dari Eropa," ujar dia lagi.
Selain menjadi juara umum F4 SEA 2016-2017, Presley juga mendapat tiga penghargaan lain yaitu pebalap nasional terbaik, rookie terbaik, serta pebalap dengan jumlah kemenangan terbanyak yakni sembilan.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar