Nama Vincent Kosasih memang belum terlalu familiar bagi penggemar bola basket Tanah Air. Namun, tahun ini bisa jadi keadaannya berubah.
Vincent mencuri perhatian saat mencetak poin bagi timnya, W88.news Aspac Jakarta, melalui slam dunk.
Aksinya tersebut dilakukan ketika menjalani debut penampilan pada Indonesian Basketball League (IBL) menghadapi Satya Wacana Salatiga, di GOR Kertajaya, Surabaya, Jumat (20/1/2017).
Alih-alih tampil gugup, center setinggi 205 centimeter (cm) itu justru mampu bermain lepas dan menguasai lapangan.
Padahal, pelatih kepala Aspac, AF Rinaldo, baru memainkan Vincent pada kuarter ketiga.
"Sebetulnya gugup juga sih, tetapi saya bisa menyingkirkan perasaan itu saat sudah masuk ke dalam lapangan," ucap Vincent kepada JUARA.
"Saya semakin tenang ketika mulai dimainkan. Saya berpikir, kalau tidak sekarang, kapan lagi bisa bermain dan menampilkan yang saya punya," kata Vincent.
Vincent menyelesaikan debut bersama Aspac pada Seri I Surabaya dengan mengemas 9 poin dan 7 rebound dalam tempo 10 menit.
Kontribusinya ini berhasil membawa Aspac meraih kemenangan atas Satya Wacana dengan skor 84-46.
Dia melanjutkan kontribusi dengan membukukan 4 poin dan 7 rebound saat membela Aspac menghadapi NSH Jakarta.
Akan tetapi, sumbangan Vincent itu masih belum cukup untuk menghasilkan kemenangan bagi Aspac.
Pada akhir laga, Aspac tumbang di tangan NSH dengan 67-79.
Kesempatan Kedua
Vincent memulai karier basket saat masih bersekolah di SMP Cita Kasih, Surabaya, Jawa Timur.
Perkenalan pebasket 20 tahun ini dengan permainan bola keranjang tidak lepas dari campur tangan kedua orang tuanya.
"Sebelum kenal basket, saya lebih suka main game online. Mungkin karena papa-mama sebal, mereka akhirnya menyuruh saya untuk bermain basket," kata Vincent.
"Awalnya struggling banget. Baru sekitar 8 bulan kemudian saya mulai bisa menikmati permainan basket," aku Vincent.
Bakat bermain basket Vincent semakin terasah saat sekolahnya mengikuti kompetisi DBL tingkat SMP.
Vincent lalu masuk ke akademi basket Satria Muda Jakarta dan berlatih di Kelapa Gading, Jakarta Utara.
"Namun, setelah tiga tahun, tidak ada pembicaraan lebih lanjut dengan Satria Muda," ucap Vincent.
"Mungkin karena saya juga mau meneruskan studi di China," kata mahasiswa tingkat ketiga Zhejiang University of Science and Technology itu.
Kendati urung berkiprah di tim senior Satria Muda, bukan berarti Vincent lepas dari radar pantauan klub-klub bola basket profesional Tanah Air.
Setelah dua tahun absen dari basket Indonesia, Vincent pun mendapatkan kesempatan kedua bermain di liga bersama Aspac.
"Waktu ditawari Aspac, saya sempat bingung karena sekolah di China. Namun, setelah berdiskusi dengan papa-mama, akhirnya saya berani menerima tawaran ini," aku Vincent.
Sejauh ini, keputusan Vincent terbilang tidak salah. Pada dua laga pertama, putra pasangan mantan pemain nasional Lie Tjui Tek dan Tjinggawati Halim itu mampu menunjukkan potensi sebagai kandidat kuat rookie of the year.
"Vincent bermain cukup bagus. Dibanding rookie-rookie sebelumnya, dia cenderung lebih santai dan masa bodoh dengan pemain-pemain lawan," kata Rinaldo.
Selaku tim, Aspac memang dikenal sebagai tim yang produktif melahirkan rookie of the year.
Sebelumnya, Aspac meraih penghargaan individual tersebut melalui point guard Andakara Prastawa Dhyaksa (2013), Ebrahim Enguio Lopez (2014), dan Kristian Liem (2015).
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | - |
Komentar