Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pelatih Timnas: Rekam Jejak Asisten Pelatih Lokal

By Kamis, 19 Januari 2017 | 10:46 WIB
Rahmad Darmawan, Mundari Karya, Syamsudin Umar, Yeyen Tumena, dan Widodo Cahyono Putro,
HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA, ERLY BAHTIAR/BOLA, FERNANDO RANDY/BOLA
Rahmad Darmawan, Mundari Karya, Syamsudin Umar, Yeyen Tumena, dan Widodo Cahyono Putro,

Transfer ilmu menjadi salah satu hal yang selalu didengungkan saat PSSI menunjuk sosok asing sebagai pelatih Indonesia. Apakah cara itu terbukti efektif atau menjadi teori belaka?

Penulis: Kukuh Wahyudi/Suci Rahayu/Gonang Susatyo

Dari 22 nama juru taktik asing, mulai dari Cho Seng Quee asal Singapura hingga Alfred Riedl asal Austria, PSSI hampir selalu menyelipkan nama lokal sebagai asisten.

Hal itu dimaksudkan agar pelatih-pelatih Tanah Air dapat berguru dengan pelatih asing yang dianggap lebih unggul.

Rahmad Darmawan, yang sempat menjadi asisten di era Ivan Kolev (2002) dan Peter White (2004), bisa menjadi bukti bahwa transfer ilmu memungkinkan terjadi.

 

Baca juga:

Usai tugasnya di timnas itu, Rahmad menjelma menjadi pelatih yang dipuji cerdas.

Pada 2005, ia mengantarkan Persipura menjuarai Liga Super Indonesia 2005.

Saat hijrah ke Sriwijaya, lagi-lagi Rahmad membawa tim besutannya menjadi juara LSI edisi 2007-2008 dan Copa Indonesia di tiga edisi beruntun (2007-2008, 2008-2009, 2009-2010).

"Soal proses transfer ilmu, saya harus membandingkan dengan apa yang saya dapatkan dalam kursus kepelatihan. Lalu, saya lihat perlu atau tidaknya metode tersebut dipakai," kata Rahmad.

"Ketika menjadi pelatih, kadang filosofi kepelatihan pribadi tidak sama dengan pelatih asing tersebut. Artinya, memang ada yang bisa diambil, Namun ada juga yang dibuat sebagai tambahan ilmu pengetahuan saja," tutur RD, sapaan akrab Rahmad.

Selain RD sebagai pemula di era 2000-an, PSSI pernah menempatkan Syamsudin Umar sebagai pendamping Kolev (2007).

Tetapi, kiprahnya usai menjadi asisten pelatih tak mentereng seperti RD.

Setelah Syamsudin Umar, Widodo Cahyono Putro mendapat giliran. Ia menjadi asisten dari Alfred Riedl pada 2010 dan 2014.

Hasilnya? Masih belum terlihat.

Saat ini, ia masih menangani Sriwijaya di TSC 2016 dan berlanjut ke LSI 2017.

Di TSC, Widodo membawa tim besutannya finis di posisi keempat.

Di bawah era 2000-an, Danurwindo menjadi salah satu sosok yang populer dengan status asisten pelatih asing.

Dia pernah mendampingi Yosep Masopust (Cekoslovakia) pada 1986 dan Romano Matte (Italia) pada 1994-1995.

Setelah "lulus" dari penugasannya itu, Danurwindo berhasil meloloskan Indonesia ke putaran final Piala Asia 1996.

Jauh sebelum Danur, ada nama Sugih Hendarto.

Dirinya identik dengan pelatih Indonesia pada 1975-1976, Wiel Coerver (Belanda).

Selepas ia menjadi asisten Coerver, Sugih menjadi pelatih papan atas nasional, terutama saat membesut Persija pada 1980-an.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA No.2.734


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X